Agar Sukses Menuntut Ilmu Tips dari Syaikh Abdurrazzaq al-Badr #NasehatUlama

Orang yang berilmu memiliki kedudukan yang tinggi di dalam Islam. Dan untuk menjadi seorang yang berilmu tentu membutuhkan proses. Karena pada asalnya kita terlahir dalam keadaan tidak tahu apa-apa. Namun dengan belajar, ada banyak hal yang akhirnya kita ketahui.

Pemula yang baru memulai langkahnya dalam menuntut ilmu
Disarankan baginya belajar kitab al-Arba’in karangan Imam an-Nawawi -rahimahullah-
atau belajar kitab al-Ushul ats-Tsalatsah.
Jika dia telah menentukan kitab untuk dipelajari…
Jika dia telah menentukan kitab, maka apa yang harus dia lakukan?
Penulis berkata, “Hendaklah dia jadikan mayoritas urusan dan kesibukannya pada kitab tersebut.”
Di sini terdapat masalah, jika kamu berhadapan dengan para pemula;
Semisal dia datang dan menanyakan (suatu kitab), maka disebutkan satu kitab,
lalu disebutkan padanya kitab yang lain…
Kemudian disebutkan kitab ketiga, keempat, dan seterusnya…
Dia memandangnya sangat banyak…
Dia membayangkan seakan-akan ia tidak mungkin mampu mempelajari semuanya,
sehingga dia tidak mau lagi menuntut ilmu!
Namun (akan lebih baik) jika dia mencurahkan dirinya pada satu kitab dan tidak terombang-ambing…
serta fokus pada satu kitab itu…
Seperti yang dikatakan syaikh, “Menjadikan mayoritas urusan dan kesibukannya pada kitab itu…
dengan menghafalnya jika memungkinkan.”
Yakni menghafalnya dengan hafalan yang kuat, jika dia mampu.
Apabila tidak memungkinkan, maka syaikh menunjukkan cara yang bagus sekali;
Beliau berkata, “Atau mempelajarinya berulang kali,
sehingga makna-maknanya teringat, meski tidak dihafal.
Yakni tidak menjadi hafalan seperti ilmu lain yang telah dihafal,
namun menjadi seakan-akan seperti hafalan.
Dalam artian, makna-maknanya telah tertanam dalam ingatan.
Hal ini jika tidak memungkinkan baginya untuk menghafal.
Maka dia dapat memakai cara kedua ini,
yaitu dengan mengulangi dan mengulanginya hingga menjadi seperti hafalan.
Kemudian dia harus terus mengulanginya selalu.

***

وَمَثَلًا الْمُبْتَدِئُ الَّذِي هُوَ أَوَّلُ مَا بَدَأَ الْآنَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ
يُنْصَحُ مَثَلًا بِالْأَرْبَعِيْنَ لِلنَّوَوِيِّ رَحِمَهُ اللهُ
يُنْصَحُ مَثَلًا بِالْأُصُوْلِ الثَّلَاثَةِ
فَإِذَا عَيَّنَ كِتَابًا
إِذَا عَيَّنَ كِتَابًا مَاذَا يَفْعَلُ؟
قَالَ يَجْعَلُ جُلَّ هَمِّهِ وَاشْتِغَالِهِ بِذَلِكَ الْكِتَابِ
هُنَا حَقِيقَةً مُشْكِلَةٌ لِكَيْ تَعْرِضَ لِكَثِيرٍ مِنَ الْمُبْتَدِئِيْنَ
يَأْتِي مَثَلًا وَيَسْأَلُ وَيُذْكَرُ لَهُ كِتَابٌ
ثُمَّ يُذْكَرُ لَهُ آخَرَ
ثُمَّ يُذْكَرُ لَهُ ثَالِثٌ ثُمَّ يُذْكَرُ لَهُ رَابِعٌ ثُمَّ وَهَكَذَا
وَيَجِدُ أَنَّهَا أَشْيَاءٌ
يَتَصَوَّرُ أَنَّهُ لَا قِبَلَ لَهُ بِهَا وَلَا طَاقَةَ لَهُ بِهَا
فَيَتْرُكُ الْعِلْمَ مِنْ أَوَّلِهِ
لَكِنْ لَوْ جَمَعَ نَفَسَهُ عَلَى كِتَابٍ وَاحِدٍ وَتَرَكَ التَّشَتُّتَ
وَرَكَّزَ عَلَى الْكِتَابِ
مِثْلُ مَا يَقُولُ الشَّيْخُ يَجْعَلُ جُلَّ هَمِّهِ وَاشْتِغَالِهِ بِذَلِكَ الْكِتَابِ
حِفْظًا عِنْدَ الْإِمْكَانِ
يَعْنِي يَحْفَظُهُ حِفْظًا مُتْقَنًا عِنْدَ الْإِمْكَانِ
عِنْدَ عَدَمِ الْإِمْكَانِ الشَّيْخُ يُرْشِدُ إِلَى طَرِيقَةٍ حَقِيقَةً جَمِيلَةٍ جِدًّا
يَقُولُ أَوْ دِرَاسَةُ تَكْرِيرٍ
بِحَيْثُ تَكُونُ الْمَعَانِي مَعْقُولَةً لَا مَحْفُوظَةً
يَعْنِي يُصْبِحُ لَيْسَ مَحْفُوظًا مِثْلَ الَّذِي حَفِظَهُ
وَإِنَّمَا يُصْبِحُ أَشْبَهَ بِالْمَحْفُوظِ
بِمَعْنَى أَنَّ الْمَعَانِي ثَبَتَتْ عِنْدَهُ وَضَبَطَهَا
هَذَا إِنْ لَمْ يَتَيَسَّرْ لَهُ الْحِفْظُ
يَنْتَقِلُ إِلَى هَذِهِ الطَّرِيقَةِ الْأُخْرَى
وَهِيَ التِّكْرَارُ التِّكْرَارُ إِلَى أَنْ يُصْبِحَ أَشْبَهَ بِالْمَحْفُوظِ
ثُمَّ لَا يَزَالُ يُكَرِّرُ مَا مَرَّ عَلَيْهِ وَيُعِيدُهُ
لِأَنَّ هَذَا الَّذِي بِهِ ثَبَاتُ الْعِلْمِ وَبَقَاؤُهُ وَحِفْظُهُKarena dengan cara inilah ilmu akan menetap dan terjaga.