Sebagai seorang muslim tentunya kita memiliki mushaf al-Qur’an. Akan tetapi banyak di antara kita yang melupakan satu hal penting yaitu berinteraksi dengan al-Qur’an. Padahal seringnya interaksi lama-kelamaan akan menumbuhkan rasa rindu. Dan kerinduan-kerinduan itu akan berkumpul hingga lahirlah perasaan cinta. Demikian pula dengan orang yang membaca al-Qur’an. Seringnya ia membaca al-Qur’an akan membuatnya semakin cinta dengan kitabullah. Hari-harinya terasa indah dan lebih bermakna karena selalu rindu membaca ayat-ayat-Nya.

Kita perlu untuk kembali kepada al-Quran
dan merenungkan maknanya, Saudara-saudara.
Jika Anda sudah rutin membaca Kitab Allah
atau telah menghafal sebagiannya, maka pelajari juga tafsirnya.
Rutinkan juga untuk membaca tafsirnya, pelajari, renungkan,
baca dan tadaburi,
hingga Anda merasakan nikmatnya al-Quran ini di hati Anda.
Sungguh Allah Ta’ālā telah mensifati wahyu ini bahwa ia adalah roh.
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu roh dengan perintah Kami.
Sebelumnya engkau—wahai Muhammad—tidaklah mengetahui…”
“… Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apa itu Kitab dan iman.
Namun Kami jadikan al-Quran itu cahaya yang dengannya Kami memberi petunjuk
kepada siapa pun yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. (QS. Asy-Syura: 52)”
Nabi Muhammad saja, sebelum mendapatkan al-Quran, tidak tahu apa itu Kitab dan iman,
maksudnya, belum tahu tentang iman secara terperinci,
meskipun beliau ‘alaihi ṣalātu was salām adalah orang beriman, tidak perlu diragukan.
Namun, tentang rincian-rincian syariat, beliau belum mengetahuinya.
Begitupun dengan kita, tanpa al-Quran kita berada di puncak kebingungan dan kebodohan.
Hanya Allah yang bisa menolong.
Kenapa Allah menyebutnya “roh”, wahai para pemuda? Mengapa?
Jika tubuh hidup dengan adanya roh
Maka, hati? Bagaimana?
Ya, maka hati hidup dengan al-Quran dan berkembang dengannya, Saudara-saudara.
“Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya, karena itu tidaklah pantas baginya.
Itu tidak lain hanyalah pelajaran dan Kitab yang jelas.”
Untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup. (QS. Yasin: 69 – 70)
Inilah kehidupan! Kehidupan yang hakiki, Saudara-saudara, hidupnya hati.
Adapun kehidupan badan, jika aku mati, …
karena manusia pasti akan mati,
walaupun berlalu hari-hari dan panjang umurnya. Demikian.

***

فَنَحْنُ بِحَاجَةٍ إِلَى الرُّجُوعِ إِلَى الْقُرْآنِ
وَالنَّظَرِ فِي مَعَانِيهِ يَا إِخْوَانُ
إِذَا كَانَ لَكَ مِنْ كِتَابِ اللهِ وِرْدٌ
وَكَانَ لَكَ مِنْهُ حِفْظٌ فَارْجِعْ إِلَى التَّفْسِيرِ أَيْضًا
وَاجْعَلْ لَكَ الْوِرْدَ فِي التَّفْسِيرِ وَانْظُرْ وَتَأَمَّلْ
وَاقْرَأْ وَتَدَبَّرْ
حَتَّى تَجِدَ لَذَّةَ هَذَا الْقُرْآنِ فِي قَلْبِكَ
فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى وَصَفَ الْوَحْيَ بِأَنَّهُ رُوْحٌ فَقَالَ
وَكَذَٰلِكَ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ رُوحًۭا مِّنْ أَمْرِنَا
مَا كُنتَ تَدْرِى – يَا مُحَمَّدُ
مَا كُنتَ تَدْرِى مَا ٱلْكِتَٰبُ وَلَا ٱلْإِيمَٰنُ
وَلَٰكِن جَعَلْنَٰهُ نُورًۭا نَّهْدِى بِهِ
مَن نَّشَآءُ مِنْ عِبَادِنَا
فَكَانَ مُحَمَّدٌ قَبْلَ الْقُرْآنِ لَا يَدْرِي مَا الْكِتَابُ وَلَا الْإِيمَانُ
يَعْنِي مَا يَدْرِي عَنْ تَفَاصِيلِ الْإِيمَانِ
وَإِلَّا كَانَ مُؤْمِنًا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ لَا شَكَّ
لَكِنْ تَفَاصِيلُ الشَّرَائِعِ مَا كَانَ يَعْلَمُ عَنْهَا شَيْئًا
فَنَحْنُ أَيْضًا دُونَ الْقُرْآنِ فِي غَايَةِ الْبُذْلِ وَالْجَهْلِ
وَاللهُ الْمُسْتَعَانُ
وَسَمَّاهُ اللهُ الرُّوْحَ لِأَيشْ يَا شَبَابُ؟ لِمَاذَا؟
إِذَا كَانَتِ الْأَبدَانُ تَعِيشُ بِالرُّوْحِ
فَالْقُلُوبُ؟ نَعَمْ؟
نَعَمْ تَعِيشُ بِالْقُرْآنِ تَحْيَى بِالْقُرْآنِ يَا إِخْوَانُ
وَمَا عَلَّمْنَٰهُ ٱلشِّعْرَ وَمَا يَنۢبَغِى لَهُۥٓ
إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌۭ وَقُرْءَانٌۭ مُّبِينٌۭ
لِّيُنذِرَ مَن كَانَ حَيًّۭا
حَيَاةٌ… هَذِهِ الْحَيَاةُ الْحَقِيقِيَّةُ يَا إِخْوَانُ حَيَاةُ الْقُلُوبِ
وَأَمَّا حَيَاةُ الْأَبدَانِ… فَإِنْ مِتُّ
فَالْإِنْسَانُ لَا بُدَّ مَيِّتٌ
وَإِنْ طَالَتِ الْأَيَّامُ وَاتَّصَلَ الْعُمْرُ نَعَمْ