Orang Berakhlak Adalah yang Dapat Menjaga Lisannya – Syaikh Abdurrazzaq al-Badr #NasehatUlama

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah teladan bagi umat manusia. Dan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa mencontohkan akhlak yang mulia. Dan akhlak yang baik tidak akan terwujud tanpa penjagaan lisan dari hal-hal yang dilarang agama. Yuk simak nasihat Syaikh Abdurrazzaq al-Badr berikut ini.

Adapun pilar kedua adalah menjaga lisan dan memperbaiki ucapan
Seseorang tidak mungkin menjadi beradab melainkan dengan menjaga lisannya
Dalam hadits kedua, Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berbicara yang baik atau diam”
Pilar kedua ini merupakan salah satu pilar-pilar akhlak yaitu dengan menjaga lisan dan memperbaiki ucapan
Sebagaimana diketahui, bahwa adab-adab dalam syariat terbagi menjadi dua:
Adab dalam berbicara dan adab dalam berperilaku
Dan bagiamana seseorang dapat memiliki adab dalam berbicara, jika dia tidak menjaga lisannya
Dan jika dia tidak dapat menjaga lisannya, maka lisan itu akan merusak anggota badan yang lain
Sebagaimana Nabi –‘alaihisshalatu wassalam- bersabda:
Jika seseorang masuk waktu pagi, maka seluruh anggota badannya akan mengingkari lisannya
Dengan berkata, “Bertakwalah kepada Allah, karena kami tergantung pada dirimu…
Jika kamu istiqamah, maka kami juga akan istiqamah
Dan jika kamu tergelincir, maka kami juga akan tergelincir”
Maka barangsiapa yang lisannya tergelincir, dan tidak terjaga dengan aturan syariat
Maka bagaimana pemilik lisan itu akan menjadi orang yang berakhlak mulia dan adab yang terpuji
Oleh sebab itu, salah satu asas kebaikan akhlak dan keindahan adab…
Adalah dengan menjaga lisan dan menganggap perkataannya bagian dari amalannya
Barangsiapa yang menganggap perkataannya sebagai bagian dari amalannya…
maka lisannya akan terjaga dan ucapannya akan baik -biidznillah-
Dan sabda Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam- dalam hadits ini:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah dia berbicara yang baik atau diam”
Mengandung petunjuk tentang cara terbaik dalam menjaga lisan
Yaitu sebelum berbicara, maka seseorang harus memperhatikan ucapan yang akan dia ucapkan
Karena ucapanmu sebelum diucapkan itu masih dalam kuasamu
Sedangkan jika telah diucapkan, maka ucapan itu akan menguasaimu, dan kamu akan menjadi penanggung akibatnya
Dalam hadits itu disebutkan petunjuk untuk memperhatikan dan mencermati ucapan sebelum diucapkan
“Hendaklah dia berbicara yang baik atau diam”
Kapan seseorang dapat menyiapkan diri untuk berbicara dengan ucapan yang baik, atau diam dari ucapan yang buruk…
Sedangkan dia tidak memperhatikan dan mencermati ucapannya sebelum diucapkan?
Dan hadits tersebut mengandung seruan untuk memperhatikan dan mencermati ucapan sebelum diucapkan
Yaitu dengan memperhatikan apakah ucapan ini adalah ucapan yang baik atau ucapan yang buruk?
Jika kamu dapat memperhatikan ucapanmu sebelum kamu mengucapkannya
Maka kamu akan mendapati ucapan yang hendak kamu ucapkan itu tidak terlepas dari tiga hal:
Pertama, ucapan itu adalah ucapan yang baik sepenuhnya
Maka ucapan ini boleh kamu ucapkan
Rasulullah bersabda, “Katakanlah yang baik” sedangkan ini adalah ucapan yang baik
Sama sekali tidak mengandung keburukan, sehingga tidak mengapa untuk diucapkan
Kedua, ucapan itu adalah ucapan yang buruk sepenuhnya
Maka wajib bagimu untuk tidak mengucapkannya sedikitpun
Dan ketiga, ucapan yang meragukanmu
Kamu tidak mengetahui secara jelas apakah itu ucapan yang baik atau buruk
Maka di sini, amalkanlah sabda Nabi -shallallahu ‘alaihi wasallam-:
“Barangsiapa yang menjauhi syubhat maka ia telah menyelamatkan agama dan kehormatannya”
Sehingga lebih baik bagimu untuk menahan diri dari ucapan yang meragukan itu
Agar agamamu selamat, dan kehormatanmu juga selamat
Sebagiamana sabda Rasulullah –‘alaihisshalatu wassalam-:
“Barangsiapa yang menjauhi syubhat maka ia telah menyelamatkan agamanya dan kehormatannya”
Menyelamatkan agamanya yakni urusannya antara dirinya dengan Allah
Sedangkan menyelamatkan kehormatannya yakni urusannya antara dirinya dengan sesama manusia
Jika seorang hamba telah menjaga lisannya dan memperbaiki ucapannya
Maka itu telah menjadi pilar yang agung dalam meraih akhlak terpuji dan adab mulia
Adapun orang yang ucapannya tidak terkontrol
Maka bagaimana dengan keadaan seperti itu dia akan memiliki akhlak terpuji dan adab yang baik?

***

أَمَّا الرَّكِيْزَةُ الثَّانِيَةُ فَهِيَ إِصْلَاحُ اللِّسَانِ وَصِيَانَتِهِ
وَلَا يُمْكِنُ أَنْ يَكُوْنَ خَلُوْقاً ذَا أَدَبٍ إِلَّا مَنْ يَصُوْنُ لِسَانَهُ
وَفِي الْحَدِيْثِ الثَّانِيْ قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامِ
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ
فَالرَّكِيْزَةُ الثَّانِيَةُ مِنْ رَكَائِزِ الْأَخْلَاقِ الَّتِيْ عَلَيْهَا يَقُوْمُ الْخُلُقُ صِيَانَةِ اللِّسَانِ وَحِفْظِهِ
وَمَعْلُوْمٌ أَنَّ آدَابُ الشَّرِيْعَةِ تَنْقَسِمُ إِلَى قِسْمَيْنِ
آدَابٍ قَوْلِيَّةٍ وَآدَابٍ فِعْلِيَّةٍ
وَأَنَّى تَتَأَتَّى لِلْمَرْءِ آدَابُ الشَّرِيْعَةِ الْقَوْلِيَّةِ إِذَا لَمْ يَصُنْ لِسَانَهُ
ثُمَّ إِنَّهُ إِنْ لَمْ يَصُنْ لِسَانَهُ جَنَى عَلَى بَقِيَّةِ جَوَارِحِهِ
كَمَا قَالَ النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ فَإِنَّ الْأَعْضَاءَ كَلَّهَا تُكَفِّرُ اللِّسَانِ
تَقُوْلُ اتَّقِ اللهَ فِيْنَا فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ
فَإِنَّ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا
وَإِنِ اعَوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا
فَمَنْ كَانَ لِسَانُهُ مُعْوَجّاً غَيْرَ مُنْضَبِطٍ لَيْسَ مَزْمُوْماً بِزِمَامِ الشَّرِيْعَةِ
كَيْفَ يَتَأَتَّى مِنْهُ أَنْ يَكُوْنَ ذَا خُلُقٍ رَفِيْعٍ وَأَدَبٍ عَالٍ
وَلِهَذَا مِنْ أَسَاسِيَّاتِ صَلَاحِ الْأَخْلَاقِ وَجَمَالِ الْآدَابِ
أَنْ يَصُوْنَ الْمَرْءُ لِسَانَهُ وَأَنْ يَعُدَّ كَلَامَهُ مِنْ عَمَلِهِ
وَمَنْ عَدَّ كَلَامَهُ مِنْ عَمَلِهِ
اِسْتَقَامَ لِسَانُهُ وَصَلُحَ بِإِذْنِ اللهِ
وَقَوْلُ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّم َفِيْ هَذَا الْحَدِيْثِ
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ
فِيْهِ تَنْبِيْهٌ إِلَى الطَّرِيْقَةِ الْمُثْلَى فِي صِيَانَةِ اللِّسَانِ
وَهِيَ أَنْ يَكُوْنَ مِنَ الْمَرْءِ قَبْلَ أَنْ يَتَحَدَّثَ نَظَرٌ فِيْمَا سَيَتَحَدَّثُ بِهِ
لِأَنَّ الْكَلِمَةَ قَبْلَ أَنْ تَتَكَلَّمَ بِهَا تَمْلِكُهَا
وَأَمَّا إِذَا تَكَلَّمْتَ بِهَا فَإِنَّهَا تَمْلِكُكَ وَتَتَحَمَّلُ تَبَعَاتِهَا
فَفِي هَذَا الْحَدِيْثِ إِرْشَادٌ إِلَى تَأَمُّلِ الْكَلَامِ وَالنَّظَرِ فِيْهِ قَبْلَ أَنْ يَتَكَلَّمَ
فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ
مَتَى يَتَهَيَّأُ لِلْمَرْءِ أَنْ يَقُوْلَ الْخَيْرَ أَوْ يَصْمُتَ عَنِ الشَّرِ
إِذَا كَانَ لَا يَنْظُرُ فِي كَلَامِهِ وَلَا يَتَأَمَّلُ فِيْهِ قَبْلَ أَنْ يَتَكَلَّمَ ؟
فَالْحَدِيْثُ فِيْهِ دَعْوَةٌ إِلَى النَّظَرِ وَالتَّأَمُّلِ فِي الْكَلَامِ قَبْلَ أَنْ يَبْدَأَ بِهِ
ثُمَّ يَنْظُرُ هَلْ هُوَ مِنَ الْخَيْرِ أَوْ مِنَ الشَّرِّ؟
وَإِذَا حَصَلَ مِنْكَ تَأَمُّلٌ فِي كَلَامِكَ قَبْلَ أَنْ تَتَكَلَّمَ بِهِ
سَتَجِدُ أَنَّ الْكَلَامِ الَّذِيْ تُرِيْدُ أَنْ تَتَكَلَّمَ بِهِ لَا يَخْرُجُ عَنْ أُمُوْرٍ ثَلَاثَةٍ
إِمَّا أَنْ يَتَبَيَّنَ لَكَ أَنَّهُ خَيْرٌ لَا شَرَّ فِيْهِ
فَهَذَا تَكَلَّمْ بِهِ وَلَا حَرَجَ
فَلْيَقُلْ خَيْراً هَذَا خَيْرٌ لَكَ أَنَّهُ خَيْرٌ
لَا شَرَّ فِيْهِ تَكَلَّمْ بِهِ وَلَا حَرَجَ
وَالْقِسْمُ الثَّانِيْ مِنَ الْكَلَامِ يَتَبَيَّنُ لَكَ أَنَّهُ شَرٌّ لَا خَيْرَ فِيْهِ
فَالْوَاجِبُ عَدَمُ التَّكَلُّمِ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ
وَالْقِسْمُ الثَّالِثُ يَشْتَبِهُ عَلَيْكَ تُرِيْدُ تَتَكَلَّمُ بِالْكَلَامِ لَكِنَّهُ يَشْتَبِهُ عَلَيْكَ
لَا تَدْرِي تَمَاماً هَلْ هُوَ مِنَ الْخَيْرِ أَوْ مِنَ الشَّرِّ
فَطَبِّقْ فِي ذَلِكَ قَوْلَ النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ
وَمِنَ الْخَيْرِ لَكَ أَنْ تَمْنَعَ هَذَا النَّوْعَ مِنَ الْكَلَامِ
حَتَّى يَسْلَمَ لَكَ دِيْنُكَ وَيَسْلَمَ لَكَ عِرْضُكَ
كَمَا قَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ فَمَنِ اتَّقَى الشُّبُهَاتِ فَقَدِ اسْتَبْرَأَ لِدِيْنِهِ وَعِرْضِهِ
لِدِيْنِهِ أَيْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ
وَعِرْضِهِ أَيْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّاسِ
فَإِذَا حَصَلَتْ مِنَ الْعَبْدِ هَذِهِ الصِّيَانَةِ وَالرِّعَايَةِ لِلِسَانِهِ
كَانَ ذَلِكَ رَكِيْزَةً عَظِيْمَةً لِحُسْنِ خُلُقِهِ وَجَمَالِ أَدَبِهِ
أَمَّا مَنْ كَانَ لِسانٌ مُنْفَلِتاً غَيْرَ مُنْضَبِطٍ غَيْرِ مُسْتَقِيْمٍ
أَنَّى وَالْحَالَةُ هَذِهِ أَنْ يَسْتَقِيْمَ لَهُ خُلُقٌ أَوْ يَنْتَظِمَ لَهُ أَدَبٌ؟