Bulan Ramadhan memiliki banyak keutamaan. Bulan yang mulia ini merupakan bulan yang penuh keberkahan. Apalagi di sepuluh hari terakhir Ramadhan terdapat satu malam yang istimewa. Malam tersebut dikenal sebagai malam lailatul qadar.
Apa yang paling afdal dilakukan seorang Muslim
di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan?
Yang paling afdal dilakukan adalah apa yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu salat.
Karena yang tampak dari beliau ‘alaihis shalatu wassalam adalah mendirikan salat pada mayoritas waktu malam-malam itu.
Namun, beliau hanya salat berjamaah dengan para sahabat selama tiga malam,
sebagaimana dalam riwayat at-Tirmidzi dan lainnya.
Para sahabat salat dengan beliau pada malam ke-23 Ramadan hingga sepertiga malam pertama.
Lalu mereka salat dengan beliau pada malam ke-25 Ramadan hingga tengah malam.
Lalu mereka berkata, “Wahai Rasulullah, andai engkau salat sunah lagi dengan kami di sisa waktu malam kita ini.”
Yakni andai saja engkau melanjutkan salat bersama kami hingga waktu terbitnya fajar.
Lalu beliau ‘alaihis shalatu wassalam menjawab,
“Barang siapa yang salat berjamaah dengan imam hingga imam itu selesai, maka ditulis baginya salat sepanjang malam.”
“Barang siapa yang salat berjamaah dengan imam hingga imam itu selesai,
maka ditulis baginya salat sepanjang malam.”
Ini adalah keutamaan yang besar.
Barang siapa yang salat dengan imam, hingga imam itu salam dari rakaat terakhir,
maka ditulis baginya pahala salat sepanjang malam.
Lalu Nabi salat bersama para sahabat pada malam ke-27 Ramadan
hingga mendekati waktu terbitnya fajar.
Para sahabat berkata, “Hingga kami khawatir tidak sempat makan sahur.”
Ini menunjukkan penguatan ibadah pada malam ke-27 Ramadan melebihi malam-malam lainnya.
Jadi, dulu Nabi ‘alaihis shalatu wassalam
menyibukkan diri pada sepuluh malam terakhir Ramadan ini dengan mendirikan salat.
Maka jika kamu dapat menggunakan seluruh atau mayoritas waktumu untuk salat, maka lakukanlah,
karena salat adalah ibadah yang paling dicintai oleh Allah ‘Azza wa Jalla.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang amal yang paling dicintai oleh Allah–seperti yang disebutkan dalam Shahihain–
lalu beliau menjawab, “Salat.”
Salat adalah ibadah dan amal yang paling dicintai oleh Allah ‘Azza wa Jalla.
Oleh sebab itu, diriwayatkan dari beberapa ulama salaf bahwa mereka memperbanyak ibadah salat.
Disebutkan dalam biografi Imam Ahmad bin Hambal–dan ini kisah yang masyhur tentang beliau–
bahwa dulu beliau mendirikan salat sunah karena Allah Ta’ala–bukan salat fardu–dalam sehari semalam sebanyak 300 rakaat.
Lalu saat beliau menjadi lemah setelah menghadapi ujian yang menimpanya, beliau mendirikan salat 150 rakaat.
Dulu al-Hafizh Abdul Ghani al-Maqdisi, penulis kitab Umdatul Ahkam
mencontoh Imam Ahmad dalam hal ini, sehingga beliau juga mendirikan salat 300 rakaat.
Karena salat adalah ibadah yang paling dicintai oleh Allah.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah
bahwa tidaklah kamu bersujud satu kali
kecuali dengan sujud itu Allah mengangkat satu derajatmu dan menghapus satu dosamu.
Juga amalan lainnya adalah doa, karena doa di malam-malam ini mudah dikabulkan.
Oleh sebab itu, Allah Ta’ala menyebutkan ayat tentang doa di tengah ayat-ayat tentang puasa:
“Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwa Aku dekat …” (QS. al-Baqarah: 186)
Ayat sebelumnya adalah, “Bulan Ramadhan, yang di dalamnya diturunkan al-Quran …”
Sedangkan ayat setelahnya, “Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu …”
Mengapa ayat tentang doa ada di tengah ayat-ayat tentang puasa?
Untuk menjadi isyarat bahwa orang yang berpuasa hendaklah memperbanyak doa,
dan doa di bulan ini mudah untuk dikabulkan.
Terlebih lagi di sepuluh malam terakhir bulan Ramadan.
Seorang Muslim juga hendaknya berusaha keras dalam menjalankan segala bentuk amal saleh.
Bagi orang yang dimudahkan untuk menjalankan iktikaf, maka itu lebih afdal, dan ini adalah sunah.
Namun, bagi yang tidak dimudahkan untuk itu, maka ia dapat beriktikaf di malam-malam ganjil atau di malam yang dapat ia lakukan.
Jika tidak juga dimudahkan untuk melakukan hal-hal itu,
maka paling tidak ia mengurangi kesibukannya dengan dunia
dan menambah waktu yang ia khususkan untuk beribadah.
***
مَا أَفْضَلُ مَا يَفْعَلُهُ الْمُسْلِمُ
فِي لَيَالِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ
أَفْضَلُ مَا يَفْعَلُهُ مَا فَعَلَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّلَاةُ
فَإِنَّهُ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ ظَاهِرُ حَالِهِ أَنَّهُ كَانَ يَقُومُ مُعْظَمَ اللَّيْلِ فِي تِلْكَ اللَّيَالِي
لَكِنْ صَلَّى مَعَهُ الصَّحَابَةُ ثَلَاثَ لَيَالٍ
كَمَا عِنْدَ التِّرْمِذِيِّ وَغَيْرِهِ
صَلَّوا مَعَهُ لَيْلَةَ ثَلَاثٍ وَعِشْرِينَ وَصَلَّى بِهِمْ إِلَى ثُلُثِ اللَّيْلِ
ثُمَّ صَلَّوا مَعَهُ لَيْلَةَ خَمْسٍ وَعِشْرِينَ إِلَى مُنْتَصَفِ اللَّيْلِ
فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ لَوْ نَفَّلْتَنَا بَقِيَّةَ لَيْلَتِنَا هَذِهِ
يَعْنِي لَوْ أَكْمَلْتَ بِنَا إِلَى طُلُوْعِ الْفَجْرِ
فَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ
كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ
وَهَذَا فَضْلٌ عَظِيمٌ
مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يُسَلِّمَ مِنَ الرَّكْعَةِ الْأَخِيرَةِ
يُكْتَبُ لَهُ أَجْرُ قِيَامِ لَيْلَةٍ كَامِلَةٍ
ثُمَّ قَامَ بِهِمْ لَيْلَةَ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ
إِلَى قَرِيبٍ مِنْ طُلُوعِ الْفَجْرِ
يَقُولُ الصَّحَابَةُ حَتَّى خَشِيْنَا أَنْ يَفُوتَنَا الْفَلَاحُ يَعْنِي السُّحُورُ
وَهَذَا يَدُلُّ عَلَى تَأَكُّدِ لَيْلَةِ سَبْعٍ وَعِشْرِينَ أَكْثَرَ مِنْ غَيْرِهَا
فَكَانَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
يَشْتَغِلُ فِي هَذِهِ اللَّيَالِي اللَّيَالِي الْعَشْرِ بِالصَّلَاةِ
فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تُشْغِلَ وَقْتَكَ أَوْ أَكْثَرَهُ بِالصَّلَاةِ فَافْعَلْ
فَإِنَّ الصَّلَاةَ هِيَ أَحَبُّ عِبَادَةٍ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
وَقَدْ سُئِلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ أَحَبِّ الْعَمَلِ إِلَى اللهِ كَمَا فِي الصَّحِيحَيْنِ
قَالَ الصَّلَاةُ
الصَّلَاةُ هِيَ أَحَبُّ عِبَادَةٍ إِلَى اللهِ أَحَبُّ عَمَلٍ إِلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
وَلِذَلِكَ رُوِيَ عَنْ بَعْضِ السَّلَفِ أَنَّهُمْ كَانُوا يُكْثِرُونَ مِنَ الصَّلَاةِ
الْإِمَامُ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ ذُكِرَ فِي تَرْجَمَتِهِ هَذَا مَشْهُورٌ عَنْهُ
أَنَّهُ كَانَ يُصَلِّي لِلهِ تَعَالَى فِي الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ تَطَوُّعًا مِنْ غَيْرِ فَرِيضَةٍ ثَلَاثُ مِئَةِ رَكْعَةٍ
وَلَمَّا ضَعُفَ بَعْدَ الْمِحْنَةِ الَّتِي حَصَلَتْ لَهُ أَصْبَحَ يُصَلِّي مِئَةً وَخَمْسِينَ
الْحَافِظُ عَبْدُ الْغَنِيِّ الْمَقْدِسِيُّ صَاحِبُ عُمْدَةِ الْأَحْكَامِ
كَانَ يَقْتَدِي بِالْإِمَامِ أَحْمَدَ فِي هَذَا يُصَلِّي ثَلَاثَ مِئَةِ رَكْعَةٍ
لِأَنَّ الصَّلَاةَ أَحَبُّ عِبَادَةٍ إِلَى اللهِ
وَالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ وَاعْلَمْ
أَنَّكَ لَنْ تَسْجُدَ لِلهِ سَجْدَةً
إِلَّا رَفَعَكَ اللهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً
كَذَلِكَ أَيْضًا الدُّعَاءُ فَإِنَّ الدُّعَاءَ فِي هَذِهِ اللَّيَالِي حَرِيٌّ بِالْإِجَابَةِ
وَلِهَذَا ذَكَرَ اللهُ تَعَالَى آيَةَ الدُّعَاءِ وَسَطَ آيَاتِ الصِّيَامِ
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ
الْآيَةُ الَّتِي قَبْلَهَا شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ
وَالْآيَةُ الَّتِي بَعْدَهَا
أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ
لِمَاذَا كَانَتْ آيَةُ الدُّعَاءِ وَسَطَ آيَاتِ الصِّيَامِ؟
إِشَارَةٌ إِلَى أَنَّهُ يَنْبَغِي لِلصَّائِمِ أَنْ يُكْثِرَ مِنَ الدُّعَاءِ
وَأَنَّ الدُّعَاءَ فِي هَذَا الشَّهْرِ حَرِيٌّ بِالْإِجَابَةِ
خَاصَّةً فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
وَيَجْتَهِدُ الْمُسْلِمُ بِكُلِّ مَا هُوَ عَمَلٌ صَالِحٌ
الَّذِي تَيَسَّرَ لَهُ أَنْ يَعْتَكِفَ فَهَذَا هُوَ الْأَفْضَلُ وَهُوَ السُّنَّةُ
إِنْ لَمْ يَتَيَسَّرْ يَعْتَكِفُ لَيَالِيَ الْوِتْرِ أَوْ مَا تَيَسَّرَ مِنْهَا
فَإِنْ لَمْ يَتَيَسَّرْ هَذَا وَلَا ذَاكَ
فَلَا أَقَلَّ مِنْ أَنْ يُخَفِّفَ مَشَاغِلَهُ فِي الدُّنْيَا
وَأَنْ يَزِيدَ مِنَ الْوَقْتِ الْمُخَصَّصِ لِلْعِبَادَةِ