Zaman terus berubah, perkembangan ilmu pengetahuan semakin berkembang, dan teknologi bertambuh maju. Akan tetapi, manusia dihadapkan pada suatu krisis yang kian meluas. Krisis tersebut bukan soal ekonomi tetapi tentang adab. Sebagai generasi yang saat ini menginjak usia kepala tiga atau lebih mungkin merasakan suasana yang sangat berbeda dengan masa mudanya dulu. Ya, pergaulan anak-anak zaman sekarang terkesan kasar, kurang sopan santun, dan minim adab.
Di antara adab berinteraksi adalah mendengarkan orang yang berbicara.
Mendengarkan orang yang berbicara merupakan salah satu keahlian penting.
Dan keahlian ini terkumpul pada pribadi orang-orang yang dicintai banyak orang.
Ketika kamu memperhatikan sifat yang sama yang ada dalam diri orang-orang yang dicintai banyak orang, akan kamu temui bahwa di antara sifat itu adalah keahlian dalam mendengarkan orang yang berbicara.
Dia mendengar dengan seksama lawan bicaranya tanpa memotong pembicaraannya.
Ini adalah salah satu akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Amr bin al-Ash menceritakan bahwa
Amr pernah datang menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu Nabi mendengarkan dan menghadapkan diri beliau sepenuhnya kepadanya.
Ketika dia melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengarkan dan menghadapkan diri beliau sepenuhnya kepadanya,
Amr berharap itu karena dia adalah orang yang paling beliau cintai.
Amr menceritakan, “Aku pun bertanya, ‘Wahai Rasulullah! Siapa orang yang paling engkau cintai?’
Beliau menjawab, ‘Aisyah.’
Aku bertanya lagi, ‘Kalau dari kaum laki-laki?’ Beliau menjawab, ‘Ayah Aisyah (Abu Bakar)’
Aku bertanya lagi, ‘Lalu siapa?’ Beliau menjawab, ‘Umar’. Lalu beliau menyebutkan nama-nama lainnya.”
Intinya, apa yang mendorong Amr untuk bertanya kepada Nabi ‘alaihis shalatu wassalam dengan pertanyaan ini?
Karena dia melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengarkannya dengan baik saat berbicara, sehingga dia mengira sebagai orang yang paling beliau cintai.
Maksud dari mendengar dengan baik yakni menyimak pembicara dan memperhatikannya sepenuh raga, tidak memotong ucapannya,
fokus kepada pembicaraannya, mendengarkannya dengan seksama.
Inilah salah satu adab dalam berinteraksi
yang mana orang-orang bijak dan para ulama terus menasihatkannya.
Oleh sebab itu, Atha’ bin Abi Rabah pernah berkata, “Sungguh jika ada orang yang mengajakku berbicara…
aku akan mendengarkannya baik-baik, seakan-akan aku belum pernah mendengar ucapan itu. Padahal, aku telah mendengarkan hal itu bahkan sebelum dia dilahirkan.
Ini termasuk akhlak yang baik dan bentuk penghormatan.
Bahkan ketika kamu sudah pernah mendengarkan pembicaraan itu, tetaplah dengarkan pembicara! Jangan memotongnya!
Ini termasuk adab dan akhlak terpuji yang harus dijaga oleh setiap muslim,
terlebih lagi penuntut ilmu harus berusaha menjaga adab dan akhlak ini.
***
مِن أَدَبِ الْمُجَالَسَةِ الْإِنْصَاتُ لِلْمُتَحَدِّثِ
وَالْإِنْصَاتُ هَذِه مَهَارَةٌ مِنْ أَعْظَمِ الْمَهَارَاتِ
وَتَجْتَمِعُ فِي الشَّخْصِيَّاتِ الْمَحْبُوبَة
عِنْدَمَا تَرَى الْجَمْعَ الْمُشْتَرَكَ فِي الشَّخْصِيَّاتِ الْمَحْبُوبَة تَجِدُ أَنَّ مِنْهَا مَهَارَةَ الْإِنْصَاتِ وَحُسْنَ الِاسْتِمَاعِ
فَيَسْتَمِعُ لِلْمُتَحَدِّثِ لَا يُقَاطِعُهُ
قَدْ كَانَ هَذَا مِنْ خُلُقِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ عَمْرُو بْنُ الْعَاصِ
وَقَدْ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَنْصَتَ لَهُ بِجَمِيعِ جَوَارِحِهِ
فَلَمَّا رَأَى النَّبِيَّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ أَنْصَتَ لَهُ بِجَمِيعِ جَوَارِحِهِ
طَمِعَ أَنْ يَكُونَ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيْهِ
قَالَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَيْكَ؟
قَالَ عَائِشَةُ
قُلْتُ مِنَ الرِّجَالِ؟ قَالَ أَبُوهَا
قُلْتُ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ عُمَرُ فَعَدَّ رِجَالًا
لَكِنْ مَا الْبَاعِثُ لِعَمْرٍو أَنْ يَسْأَلَ النَّبِيَّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ هَذَا السُّؤَالَ؟
رَأَى حُسْنَ إِنْصَاتِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ إِلَيْهِ فَظَنَّ أَنَّهُ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَيْهِ
فَمَعْنَى الْإِنْصَاتِ أَنَّ الْإِنْسَانَ يَسْتَمِعُ لِلْمُتَحَدِّثِ بِجَمِيعِ جَوَارِحِهِ لَا يُقَاطِعُهُ
يُرَكِّزُ فِي كَلَامِهِ يُتَابِعُهُ
فَهَذِهِ مِنْ آدَابِ الْمُجَالَسَةِ
الَّتِي لَا زَالَ الْحُكَمَاءُ وَالْأُدَبَاءُ يُوصُونَ بِهَا
وَلِهَذَا قَالَ عَطَاءٌ بْنُ أَبِي رَبَاحٍ إِنَّ الرَّجُلَ لَيُحَدِّثُنِي بِالْحَدِيثِ
أُنْصِتُ لَهُ كَأَنِّي لَمْ أَسْمَعْهُ وَقَدْ سَمِعْتُهُ قَبْلَ أَنْ يُولَدَ
فَهَذِهِ مِنَ الْمُجَامَلَةِ وَمِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَالْمُجَالَسَةِ
حَتَّى لَوْ كُنْتَ سَمِعْتَ الْحَدِيثَ أَنْصِتْ لِلْمُتَحَدِّثِ لَا تُقَاطِعْهُ
فَهَذِهِ مِنَ الْآدَابِ وَمِنْ الْأَخْلَاقِ الْكَرِيمَةِ الَّتِي يَنْبَغِي أَنْ يَحْرِصَ عَلَيْهَا الْمُسْلِمُ
خَاصَّةً طَالِبُ الْعِلْمِ يَنْبَغِي أَنْ يَحْرِصَ عَلَى هَذِهِ الْآدَابِ وَهَذِهِ الْأَخْلَاقِ