Etika merupakan ilmu tentang perilaku manusia dalam pergaulan dengan sesama. Dalam bermasyarakat seorang muslim harus menjunjung tinggi nilai-nilai etika. Bahkan terhadap budak sekalipun tak boleh merendahkan mereka.
Walaupun tidak bermaksud tapi islam mengajarkan etika berbicara, karena hal tersebut bisa mencederai rububiyah Allah.
Dari abu hurairoh:
Tidak sepantasnya kalian mengucapkan kepada budak kalian kasih makan / hidangkan makanan untuk Robbmu (majikan, menggunakan kata Robb). Tapi katakan hidangkan makanan untuk sayyidi (tuan) / maulaya (majikan). Dan jangan kalian mengucapkan ini hambaku, tapi katakan ini fataya (bujangku) atau fataty (gadisku) atau gulammi (anakku).
Mayoritas ulama sebgaimana dikatakan ibnul qoyyim mengatakan larangan dalam hadits ini bukan haram tapi makruh. Mereka membawakan dalil, surat annur 32 dan surat yusuf 42
Annur 32:
وَأَنكِحُوا۟ ٱلْأَيَٰمَىٰ مِنكُمْ وَٱلصَّٰلِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ ۚ إِن يَكُونُوا۟ فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ
Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.
Dalam ayat ini Allah menyebutkan hamba-hamba
Yusuf 42:
وَقَالَ لِلَّذِى ظَنَّ أَنَّهُۥ نَاجٍ مِّنْهُمَا ٱذْكُرْنِى عِندَ رَبِّكَ فَأَنسَىٰهُ ٱلشَّيْطَٰنُ ذِكْرَ رَبِّهِۦ فَلَبِثَ فِى ٱلسِّجْنِ بِضْعَ سِنِينَ
Dan Yusuf berkata kepada orang yang diketahuinya akan selamat diantara mereka berdua: “Terangkanlah keadaanku kepada tuanmu”. Maka syaitan menjadikan dia lupa menerangkan (keadaan Yusuf) kepada tuannya. Karena itu tetaplah dia (Yusuf) dalam penjara beberapa tahun lamanya.
Nabi yusuf menjuluki majikan dari budak tersebut dengan kalimat Robb.
Berdasarkan dua ayat ini mayoritas ulama mengatakan larangannya bersifat makruh.
Kesimpulan:
Makruh menyebut budak dengan ungkapan hamba, sebab hal itu kurang etis bila dipandang dari sisi Rububiyah Allah.














