Kematian bagi setiap orang merupakan kepastian. Perihal waktu, tempat, dan kondisi saat seseorang dijemput ajal sudah ditentukan oleh Allah subhanahu wata’alaa. Kita sebagai hamba yang masih diberikan kesempatan berupa umur semestinya memanfaatkannya sebaik mungkin untuk memperoleh husnul khatimah.

Muhasabah (introspeksi diri), wahai saudara-saudara, adalah prinsip yang agung.
Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan dan memerintahkannya dalam firman-Nya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok…
…dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
Para ulama berkata bahwa ayat ini adalah landasan dalam melakukan muhasabah (introspeksi) terhadap diri sendiri.
“…dan hendaklah setiap jiwa memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok…”
Oleh sebab itu, wahai saudara-saudara, orang yang tidak mengintrospeksi diri akan terus larut dalam senda gurau dan kelalaian.
Ia terus-menerus dalam keadaan yang sama.
Keadaannya tidak berubah. Musim demi musim berlalu, tetapi keadaannya tetap begitu-begitu saja.
Sedangkan orang yang senantiasa mengintrospeksi diri, jiwanya terus tumbuh dan berkembang.
Keadaannya setiap tahun akan lebih baik daripada tahun sebelumnya.
Maka, tidak ada jalan lain, wahai saudara-saudara, kita harus mengintrospeksi diri.
Kita harus meneladani Salafus Shalih.
Imam Malik meriwayatkan dalam Al-Muwaththa’ dengan sanad yang sahih
bahwa Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu pernah memegang lidahnya sendiri
dan berkata, “Inilah yang telah menjerumuskan aku ke dalam malapetaka.”
Ini beliau lakukan karena begitu ketat introspeksi dirinya.
Umar radhiyallahu ‘anhu, apabila malam telah larut, ia memukul kedua kakinya dengan tongkat,
seraya berkata, “Wahai jiwa, apa yang telah engkau lakukan hari ini? Wahai jiwa, apa yang telah engkau persiapkan untuk hari esok?”
Ibnu Mas‘ud radhiyallahu ‘anhu, jika matahari telah terbenam, beliau berkata, “Ini adalah hari yang mataharinya telah terbenam…
Umurku telah berkurang karenanya dan ajalku kian mendekat.”
Demikianlah, wahai saudara-saudara, kita dapati Salafus Shalih dulu punya perhatian besar pada urusan introspeksi ini.
Maka, sudah semestinya setiap muslim memiliki perhatian besar terhadap introspeksi diri.
Terutama ketika datangnya musim-musim kebaikan seperti musim mulia ini.
Karena jiwa manusia, wahai saudara-saudara, secara tabiat cenderung mengikuti hawa nafsu dan perlu untuk dikendalikan.
Sebagaimana firman Rabb kita ‘Azza wa Jalla:
“Adapun orang yang takut akan kedudukan Rabb-nya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya…” (QS. An-Naziat: 40).
Renungkanlah firman-Nya:
“…dan menahan diri dari hawa nafsu, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (QS. An-Naziat: 40–41).
Jiwa itu butuh dikendalikan karena secara naluri ia mudah terseret oleh hawa nafsu.
Jiwa membutuhkan ketegasan, kemauan kuat, dan kekuatan dari pemiliknya.
Jiwa, sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian orang: seperti anak kecil.
“Jiwa itu seperti anak kecil. Jika engkau biarkan, ia akan tumbuh dengan tetap menyusu, tetapi jika engkau sapih, ia akan berhenti.”
Tidakkah engkau lihat, anak kecil jika dibiarkan menyusu, ia akan terus menyusu?
Namun jika disapih dari air susu, ia akan menangis dan merasa sakit satu atau dua hari, lalu setelah itu ia pun berhasil disapih.
Persis seperti itulah jiwa manusia. Jika ia melihat padamu ketegasan, kemauan kuat, dan kekuatan,
ia akan tunduk padamu.
Namun jika ia melihat padamu keragu-raguan dan kemalasan, maka ia akan menyeretmu ke dalam hawa nafsu.
Oleh karena itu, renungkanlah ayat ini:
“Adapun orang yang takut akan kedudukan Rabb-nya dan menahan diri dari hawa nafsu, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” (QS. An-Naziat: 40–41).

***

وَالْمُحَاسَبَةُ أَيُّهَا الإِخْوَةُ أَصْلٌ عَظِيمٌ
ذَكَرَهُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَأَمَرَ بِهِ فِي قَوْلِهِ سُبْحَانَهُ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
قَالَ أَهْلُ الْعِلْمِ هَذِهِ الْآيَةُ أَصْلٌ فِي مُحَاسَبَةِ النَّفْسِ
وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ
وَلِذَلِكَ تَجِدُ أَيُّهَا الإِخْوَةُ تَجِدُونَ أَنَّ الْإِنْسَانَ الَّذِي تَنْعَدِمُ عِنْدَهُ الْمُحَاسَبَةُ مُسْتَمِرٌّ فِي لَهْوٍ فِي غَفْلَةٍ
وَمُسْتَمِرٌّ فِي مَا هُوَ فِيهِ
يَعْنِي لَا تَتَغَيَّرُ أَحْوَالُهُ تَجِدُ أَنَّهُ تَمُرُّ عَلَيْهِ الْمَوَاسِمُ تِلْوَ الْمَوَاسِمِ وَهُوَ عَلَى حَالِهِ
بَيْنَمَا الْإِنْسَانُ الَّذِي عِنْدَهُ جَانِبُ الْمُحَاسَبَةِ تَجِدُ أَنَّ نَفْسَهُ تَزْكُو وَتَسْمُو
وَتَجِدُ أَنَّ حَالَهُ كُلَّ عَامٍ أَحْسَنُ مِنَ الْعَامِ الَّذِي قَبْلَهُ
فَلَا بُدَّ أَيُّهَا الإِخْوَةُ إِذًا مِنْ مُحَاسَبَةِ النَّفْسِ
وَلْنَقْتَدِ بِالسَّلَفِ الصَّالِحِ
فَقَدْ أَخْرَجَ الْإِمَامُ مَالِكٌ فِي الْمُوَطَّإِ بِسَنَدٍ صَحِيحٍ
أَنَّ أَبَا بَكْرٍ رَضِيَ عَنْهُ كَانَ يُمْسِكُ بِلِسَانِهِ
وَيَقُولُ هَذَا الَّذِي أَوْرَدَنِي الْمَوَارِدَ
يَعْنِي مِنْ شِدَّةِ مُحَاسَبَتِهِ لِنَفْسِهِ
وَكَانَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِذَا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ ضَرَبَ قَدَمَيْهِ بِالدُّرَّةِ
وَقَالَ يَا نَفْسُ مَاذَا عَمِلْتِ الْيَوْمَ؟ يَا نَفْسُ مَاذَا قَدَّمْتِ لِغَدٍ؟
وَكَانَ ابْنُ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِذَا غَرَبَتِ الشَّمْسُ قَالَ هَذَا يَوْمٌ غَرَبَتْ شَمْسُهُ
نَقَصَ بِهِ عُمُرِي وَاقْتَرَبَ بِهِ أَجَلِي
وَهَكَذَا نَجِدُ أَيُّهَا الإِخْوَةُ أَنَّ السَّلَفَ الصَّالِحَ كَانُوا عَلَى عِنَايَةٍ كَبِيرَةٍ بِهَذَا الْجَانِبِ
فَلَا بُدَّ إِذًا أَنْ يَكُونَ لِلْمُسْلِمِ جَانِبٌ كَبِيرٌ مِنْ مُحَاسَبَةِ النَّفْسِ
خَاصَّةً مَعَ تَجَدُّدِ الْمَوَاسِمِ مِثْلِ هَذِهِ الْمَوَاسِمِ الْفَاضِلَةِ
لِأَنَّ النَّفْسَ أَيُّهَا الإِخْوَةُ النَّفْسَ بِطَبْعِهَا تَمِيلُ لِلْهَوَى تَحْتَاجُ إِلَى نَهْيٍ
كَمَا قَالَ رَبُّنَا عَزَّ وَجَلَّ
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ
وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
فَالنَّفْسُ تَحْتَاجُ إِلَى نَهْيٍ لِأَنَّهَا بِطَبْعِهَا تَنْجَرِفُ لِلْهَوَى
تَحْتَاجُ مِنَ الْإِنْسَانِ إِلَى حَزْمٍ وَعَزْمٍ وَقُوَّةٍ
وَهِيَ كَمَا يَقُولُ الْقَائِلُ كَالطِّفْلِ
النَّفْسُ كَالطِّفْلِ إِنْ تُهْمِلْهُ شَبَّ عَلَى حُبِّ الرَّضَاعِِ وَإِنْ تَفْطِمْهُ يَنْفَطِمْ
أَرَأَيْتَ الطِّفْلَ عِنْدَمَا يُتْرَكُ يَرْضَعُ يَسْتَمِرُّ فِي الرَّضَاعِ
عِنْدَمَا يُفْطَمُ عَنِ الرَّضَاعِ يَبْكِي وَيَتَأَلَّمُ يَوْمًا أَوْ يَوْمَيْنِ ثُمَّ بَعْدَ ذَلِكَ يَنْفَطِمُ
هَكَذَا النَّفْسُ تَمَامًا فَالنَّفْسُ إِذَا رَأَتْ مِنْكَ حَزْمًا وَعَزْمًا وَقُوَّةً
فَإِنَّهَا تَنْقَادُ لَكَ
لَكِنْ إِذَا رَأَتْ مِنْكَ تَرَدُّدًا وَتَكَاسُلًا فَإِنَّهَا تَقُودُ الْإِنْسَانَ إِلَى الْهَوَى
وَلِذَلِك تَأَمَّلُوا هَذِهِ الْآيَةَ
وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى

*
MASIH CARI ARTIKEL ISLAM DI GOOGLE?
Yuk, cari di Yufid.com (Islamic Search Engine) saja. Insya Allah LEBIH menenangkan hati!

INFO LENGKAP TENTANG PRODUKTIVITAS TIM YUFID:

Laporan Produksi

Profil Yufid:
https://yufid.org/profil-yufid-network/

Donasi Dakwah untuk Operasional Yufid:
https://yufid.org/donasi-untuk-yufid/
(https://yufid.org/donasi-untuk-yufid/)
DONASI UNTUK VIDEO DAKWAH DAPAT DISALURKAN KE:

BANK SYARIAH INDONESIA
7086882242
a.n. YAYASAN YUFID NETWORK
Kode BSI: 451

Paypal: [email protected]

NB:
Rekening di atas adalah rekening khusus donasi Yufid Network, jadi Anda tidak perlu konfirmasi setelah mengirimkan donasi. Cukup tuliskan keterangan donasi pada saat Anda transfer.

3 CHANNEL YUFID DI YOUTUBE:

YUFID.TV:
/ @yufid
( / @yufid )
YUFID EDU:
/ @yufidedu
( / @yufidedu )
YUFID KIDS:
/ @yufidkids

YUK, FOLLOW SOSIAL MEDIA YUFID.TV LAINNYA UNTUK MENDAPATKAN UPDATE VIDEO TERBARU!
Fabebook: / yufid.tv
Instagram: / yufid.tv
Telegram: https://telegram.me/yufidtv

AUDIO KAJIAN
Website: https://kajian.net
Soundcloud: / kajiannet

YUK, DUKUNG YUFID.TV!
Yuk, dukung dengan belanja di Yufid Store: http://yufidstore.com
(Seluruh keuntungan YufidStore.com digunakan untuk operasional dakwah Yufid)