Apakah Musibahmu Karena Maksiat? – Syaikh Sulaiman ar-Ruhaily #NasehatUlama

Cobaan dan ujian datang silih berganti di kehidupan seorang manusia. Dan Allah subhanahu wata’alaa menurunkan musibah bagi siapa saja yang dikehendakiNya. Lantas apa hikmah di balik musibah itu?

Semoga Allah memberkahi Anda, wahai syeikh yang mulia.. bagaimana orang yang sedang diuji tahu bahwa musibah yang menimpanya adalah untuk mengangkat derajatnya dan bukan disebabkan dosa-dosanya?
Memberikan musibah adalah satu dari perbuatan Allah ‘azza wa jalla. Allah ‘azza wa jalla tidak berbuat apapun kecuali dengan hikmah. Tidaklah seorang mukmin diuji kecuali ada hikmah padanya dan Allah Maha Mengetahui akan hal tersebut.
Terkadang, musibah menjadi pengingat dari kelalaian ketika seseorang sudah jauh dari pintu Allah dan melalaikan hak Allah ‘azza wa jalla.
Maka Allah turunkan musibah kepadanya untuk mengingatkan dia dari kelalaiannya ini, agar dia kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Terkadang musibah menjadi penghapus dosa ketika seorang hamba berbuat dosa, kemudian Allah berikan musibah kepadanya untuk menghapus dosanya tersebut.
Terkadang musibah akan mengangkat derajat seorang hamba, yaitu ketika Allah ingin memberikan kedudukan yang tinggi di surga yang tidak bisa dia capai dengan amalnya, sehingga Allah berikan musibah kepadanya agar dia bisa mencapai derajat itu di surga.
Ketika musibah menimpa, para ulama mengatakan bahwa seorang mukmin hendaknya berprasangka baik kepada Allah dan berprasangka buruk kepada dirinya sendiri.
Dia berprasangka baik pada Tuhannya karena Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya terhadap-Nya dan dia berprasangka buruk pada dirinya sendiri dengan berkata, “Tidaklah musibah ini menimpa diriku kecuali karena dosaku.”
Sehingga dia bisa mengintrospeksi dirinya dan memeriksa kembali keadaan dirinya agar dia kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Saudara-saudara, musibah juga terkadang menjadi penghapus dosa. Apapun sebab musibah tersebut, tidaklah musibah menimpa seorang mukmin kecuali akan mendatangkan kebaikan untuknya atau menghindarkan keburukan darinya.
Di balik ujian dari Allah terdapat banyak hikmah yang agung.
Akan tetapi hendaknya seseorang tidak perlu berpikir untuk mengetahui apakah musibah yang menimpanya karena ini atau karena itu,
namun cukuplah baginya untuk berprasangka baik kepada Allah dan berprasangka buruk kepada dirinya sehingga ujiannya tersebut menjadi sebab kebaikan untuk dirinya dan kembalinya dia kepada Allah subhanahu wa ta’ala.

***

بَارَكَ اللهُ فِيكُمْ فَضِيلَةَ الشَّيْخِ كَيْفَ يَعْرِفُ الْمُبْتَلَى أَنَّهُ ابْتِلَاءُهُ رِفْعَةً لِلدَّرَجَاتِ وَلَيْسَ بِذُنُوبِهِ؟
الْاِبْتِلَاءُ مِنْ أَفْعَالِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَا يَفْعَلُ إِلَّا لِحِكْمَةٍ وَلَا يَنْزِلُ بَلَاءٌ بِمُؤْمِنٍ إِلَّا وَفِيهِ مِنَ الْحِكَمِ فَاللهُ بِهِ عَلِيمٌ
فَقَدْ يَكُونُ الْبَلَاءُ تَنْبِيهًا مِنْ غَفْلَةٍ فَيَكُونُ الْإِنْسَانُ بَعُدَ عَنْ بَابِ اللهِ وَقَصَّرَ فِي حَقِّ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
فَيُنْزِلُ اللهُ بِهِ بَلَاءً يُنَبِّهُهُ بِهِ مِنْ هَذِهِ الْغَفْلَةِ لِيَعُودَ إِلَى رَبِّهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
وَقَدْ يَكُونُ تَكْفِيرًا لِذَنْبٍ فَيَكُونُ الْعَبْدُ أَذْنَبَ ذَنْبًا فَيُنْزِلُ اللهُ بِهِ بَلَاءً تَكْفِيرًا لِذَنْبِهِ
وَقَدْ يَكُونُ رِفْعَةً لِلدَّرَجَةِ فَيَكُونُ اللهُ أَرَادَ بِالْعَبْدِ مَنْزِلَةً فِي الْجَنَّةِ فَلَمْ يَبْلُغْهَا بِعَمَلِهِ فَيُنْزِلُ بِهِ الْبَلَاءَ لِيَبْلُغَ تِلْكَ الدَّرَجَةَ فِي الْجَنَّةِ
وَإِذَا نَزَلَ الْبَلَاءُ يَقُولُ الْعُلَمَاءُ الْمُؤْمِنُ يُحْسِنُ الظَّنَّ بِرَبِّهِ وَيُسِيءُ الظَّنَّ بِنَفْسِهِ
يُحْسِنُ الظَّنَّ بِرَبِّهِ وَاللهُ عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِهِ بِهِ وَيُسِيءُ الظَّنَّ بِنَفْسِهِ يَقُولُ مَا نَزَلَ بِي هَذَا الْبَلَاءُ إِلَّا بِذَنْبِي
وَيُرَاجِعُ نَفْسَهُ وَيَتَفَقَّدُ حَالَهُ لِيَرْجِعَ إلَى اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
وَالْبَلَاءُ يَا إِخْوَةُ أَيْضًا قَدْ يَكُونُ تَكْفِيرًا لِلسَّيِّئَاتِ وَعَلَى كُلِّ حَالٍ لَا يَنْزِلُ بَلَاءٌ بِالْمُؤْمِنِ إِلَّا لِتَحْقِيقِ مَصْلَحَةٍ لَهُ أَوْ دَفْعِ مَفْسَدَةٍ عَنْهُ
فَالْاِبْتِلَاءُ مِنَ اللهِ لِحِكَمٍ عَظِيمَةٍ
لَكِنْ لَا يَعْتَنِي الْإِنْسَانُ بِأَنْ يَعْرِفَ هَلْ هَذَا الْبَلَاءُ لِكَذَا أَوْ لِكَذَا
وَإِنَّمَا يُحْسِنُ الظَّنَّ بِرَبِّهِ وَيُسِيءُ الظَّنَّ بِنَفْسِهِ حَتَّى يَكُونَ ذَلِكَ سَبَبًا لِخَيْرِهِ وَرُجُوعِهِ إِلَى اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى