Umurmu Terbatas Kurangi Media Sosial dan Internet – Syaikh Abdus Salam Asy-Syuwai’ir #NasehatUlama

Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial dan internet memiliki beragam manfaat. Akan tetapi dampak media sosial pun tidak dapat dianggap remeh. Salah satu dampak buruk kecanduan media sosial yaitu menyia-nyiakan waktu, rusaknya akal sehat, dan sebagainya.

Ketika Imam Ahmad baru mulai menuntut ilmu, ibu beliau berkata,
Carilah ilmu, dan aku yang akan menafkahimu dengan alat tenunku.
Ibu beliau mencukupi nafkahnya, sehingga beliau tidak perlu bekerja.
Dan di zaman ini, Allah ‘Azza wa Jalla telah mencukupi banyak orang dengan harta yang melimpah,
sehingga yang menyibukkan mereka tidak lagi urusan mengais rezeki,
namun yang justru menyibukkan mereka adalah media sosial dan lain sebagainya.
Sehingga kamu mendapati ada orang yang baru bangun tidur,
hal pertama yang dia lihat sebelum berzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla bisa jadi adalah media sosial itu!
Kamu dapati orang itu—seandainya menghitung jumlah jam, bukan lagi menit—untuk media sosial dalam sehari,
pasti berkali-kali lipat dari waktu yang dia luangkan untuk membaca Alquran,
menghafal sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau membaca kitab-kitab para ulama!
Dan ini menjadi fenomena yang nyata,
dan tidak lagi sekedar cerita sebagian orang.
Yakni fenomena yang tampak pada para penuntut ilmu, bukan sekedar cerita dari sebagian mereka.
Oleh sebab itu, menyibukkan diri dengan hal-hal ini,
termasuk menyibukkan diri (sehingga lalai) dari perkara wajib.
Bisa jadi berupa penyibukan diri dengan perkara yang kurang utama, perkara mubah, atau bahkan haram, sebagaimana yang aku sebutkan di awal pembahasan.
Perkara kedua, bahwa orang yang menyibukkan diri dengan hal-hal ini dengan menonton,
membaca, atau lain sebagainya,
menjadikan orang itu tergiring bersama media itu tanpa terasa,
dan mulai berpikir dengan pola pikirnya.
Terlebih lagi jika yang ia baca adalah media berita propaganda.
Dan pembahasan dalam hal ini cukup panjang,
dan contoh-contohnya sangat banyak, terlebih lagi yang ada di dua abad terakhir ini.
Baca saja beberapa sastra dan tulisan sebagian orang yang dianggap berilmu pada abad yang lalu,
kemudian lihat dan bandingkan dengan apa yang disebar di media-media informasi,
maka kamu akan mengetahui bahwa si A dan si B telah terpengaruh dengan berita yang tersebar itu.
Dan perkara ketiga, dengan tidak tersibukkan oleh media-media informasi, menjadikannya memiliki pandangan yang netral,
dan membuatnya cukup dengan dalil-dalil syar’i.
Andai saja contoh-contoh dalam hal ini, yang hendak aku katakan, tidak menjadi ghibah terhadap orang-orang yang telah meninggal,
pasti aku akan sebutkan contoh-contoh yang ada di kepalaku saat ini, tentang para ulama yang dianggap berilmu,
dalam bidang fiqih dan hadits di abad yang lalu,
dan media-media informasi yang mempengaruhi mereka, meskipun media-media itu
masih sangat sederhana dan simpel di abad yang lalu,
maka bayangkan bagaimana pengaruh media-media informasi yang dapat masuk setiap rumah di zaman ini!

***

الْإِمَامُ أَحْمَدُ لَمَّا بَدَأَ فِي طَلَبِ الْعِلْمِ قَالَتْ لَهُ أُمُّهُ
اُطْلُبِ الْعِلْمَ وَأَنَا أَكْفِيْكَ الرِّزْقَ بِمَغْزِلِيْ
فَكَانَتْ أُمُّهُ تَكْفِيْهِ الْمُؤْنَةَ عَنِ الْاِنْشِغَالِ
وَفِي هَذَا الْوَقْتِ وَقَدْ وَفَّرَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لِكَثِيرٍ مِنَ النَّاسِ مِنَ الْأَمْوَالِ الشَّيْءِ الكَثِيرِ
أَصْبَحَ شُغْلُهُم لَيْسَ بِالرِّزْقِ
وَإِنَّمَا شُغْلُهُم بِهَذِهِ الْوَسَائِلِ مِنْ وَسَائِلِ الِاتِّصَالِ وَغَيْرِهَا
فَتَجِدُ الْمَرْءَ أَوَّلَ مَا يَسْتَيْقِظُ مِنْ نَوْمِهِ
أَوَّلُ مَا يَنْظُرُ فِيهِ قَبْلَ ذِكْرِهِ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ رُبَّمَا بَعْضَ وَسَائِلِ الِاتِّصَالِ
تَجِدُ هَذَا الرَّجُلَ لَوْ حَسَبَ السَّاعَاتِ وَلَا أَقُولُ الدَّقَائِقَ فِي يَوْمِهِ
لَكَانَتْ أَضْعَافَ مَا يَقْرَأُ مِنْ كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
وَمِنْ حِفْظِ سُنَّةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ قِرَاءَةِ كُتُبِ أَهْلِ الْعِلْمِ
وَهَذَا أَصْبَحَ ظَاهِرًا
وَلَيْس مَحْكِيًّا عَنِ الْبَعْضِ
وَأَعْنِي بِهِ ظَاهِرًا فِي طَلَبِةِ الْعِلْمِ وَلَيْسَ مَحْكِيًّا عَنْ بَعْضِهِمْ
وَلِذَلِك فَإِنَّ الِانْشِغَالَ بِهَذِهِ الْأُمُورِ
هُوَ مِنْ بَابِ الِانْشِغَالِ عَنِ الْوَاجِبِ
وَقَدْ يَكُونُ الِانْشِغَالُ بِمَفْضُولٍ أَو بِمُبَاحٍ أَوْ بِمُحَرَّمٍ كَمَا ذَكَرْتُ فِي أَوَّلِ الْحَدِيْثِ
الْأَمْرُ الثَّانِي أَنَّ انْشِغالَ الْمَرْءِ بِهَذِهِ الْأُمُورِ مُطَالَعَةً
وَقِرَاءَةً وَغَيْرَ ذَلِكَ
تَجْعَلُ الْمَرْءَ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُ يَنْسَاقُ مَعَهَا
وَيُفَكِّرُ بِتَفْكِيْرِهَا
وَخُصُوصًا إِذَا كَانَ مَا يَقْرَأُهُ إِعْلَامًا مُوَجَّهًا
وَالْحَدِيثُ فِي هَذَا الْمَوْضُوعِ طَوِيلٌ
وَالْأَمْثِلَةُ عَلَيْه وَخَاصَّةً فِي الْقَرْنَيْنِ الْمَاضِيَيْنِ كَثِيرَةٌ جِدًّا
اقْرَأْ لِبَعْضِ أَدَبِيَّاتِ وَكِتَابَاتِ بَعْضِ الْمَنْسُوْبِيْنَ لِلْعِلْمِ فِي الْقَرْنِ الْمَاضِي
وَانْظُرْ وَقَارِنْهَا بِمَا كَانَ يُطْرَحُ فِي وَسَائِلِ الإِعْلاَمِ
فَسَتَعْرِفُ أَنَّ فُلَانًا وَفُلَانًا قَدْ تَأَثَّرَ بِمَا طُرِحَ
وَأَمَّا الثَّالِثُ فَإِنَّ عَدَمَ انْشِغَالِهِ جَعَلَهُ يَنْظُرُ نَظَرًا مُحَايِدًا
وَيَكْتَفِي بِالاسْتِدْلَالَاتِ الشَّرْعِيَّةِ
وَلَوْلَا أَنْ يَكُونَ مِثَالٌ أَمْ الْأَمْثِلَةُ الَّتِي أَذْكُرُهَا تَكُونُ غِيْبَةً لِأَقْوَامٍ فِي قُبُورِهِمْ
لَذَكَرْتُ أَمْثِلَةً حَاضِرَةً فِي ذِهْنِي الْآنَ لِعُلَمَاءَ مَنْسُوبِيْنَ لِلْعِلْمِ
فِقْهًا وَحَدِيثًا فِي الْقَرْنِ الْمَاضِي
وَمَا أَثَّرَ عَلَيْهِم وَسَائِلُ الإِعْلاَمِ عَلَى
بَسَاطَتِهَا وَسُهُوْلَتِهَا فِي الْقَرْنِ الْمَاضِي
نَاهِيْكَ عَنْ وَسَائِلِ الإِعْلاَمِ الَّتِي تَصِلُ كُلَّ بَيْتٍ فِي هَذَا الْوَقْتِ