Ini Tanda – tanda Seseorang yang Bertaqwa – Syaikh Bin Baz #NasehatUlama

Taqwa memiliki kedudukan yang tinggi di dalam Islam. Bahkan tolak ukur kemuliaan seseorang adalah ketakwaannya kepada Allah subhanahu wata’alaa. Dan Allah subhanahu wata’alaa akan menolong hamba-hamba-Nya yang bertakwa. Sebagai seorang muslim tentu kita berharap agar termasuk orang yang bertakwa kepada-Nya. Lantas apa tanda-tanda orang yang bertakwa?

Pertanyaan: “Syeikh yang mulia, apakah ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa seorang hamba telah mencapai derajat takwa sehingga dia bisa terus meniti jalan tersebut ataukah takwa adalah kedudukan yang tidak diketahui kecuali Allah saja?”
Tidak diragukan lagi bahwa takwa ada tanda-tandanya, sehingga barang siapa yang mendapati dirinya sedang meniti jalan yang telah digariskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu menjalankan apa yang Allah wajibkan dan meninggalkan apa yang telah Allah haramkan, kemudian istiqamah dalam islam.
Barang siapa mendapati hal tersebut dalam dirinya, dia mencintai karena Allah, membenci karena Allah, bersungguh-sungguh mentaati Allah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya dan berupaya mencari yang halal,
maka hendaknya dia paham bahwa dia adalah seorang yang bertakwa dalam keadaan seperti itu, dan hendaknya ia bersyukur kepada Allah dan memohon keteguhan di atas agama-Nya.
Barang siapa menyadari bahwa dalam dirinya ada kekurangan (melakukan dosa), seperti memakan makanan yang haram, memakan harta riba,
curang dan dusta dalam bertransaksi, sumpah palsu, dan memutuskan hubungan persaudaraan.
Sungguh beberapa perkara tersebut termasuk bentuk kemaksiatan, sehingga hendaknya seseorang menyadari bahwa takwanya dan imannya berkurang (dengan melakukan maksiat tersebut).
Dia membutuhkan sesuatu yang bisa menutup kekurangan tersebut maka hendaknya dia menutupnya dengan taubat, istighfar dan meninggalkan semua hal yang menyelisihi perintah Allah.
Dengan ini seorang mukmin yang berilmu dan berakal harusnya mengetahui bahwa dia di dunia ini selalu menyiapkan diri dan bersiap siaga, tiada henti senantiasa menyiapkan diri dan bersiap siaga,
karena kondisi (iman dan takwanya) bisa berkurang dan bertambah, bisa melemah dan menguat, selalu dan senantiasa seperti itu hingga dia menemui Tuhan-Nya.
Dan dia pasti terjatuh dalam kesalahan sehingga dia harus bersungguh-sungguh dalam menetapi kebaikan dan teguh di atasnya dengan segenap kemampuannya.
Dengan demikian semoga apabila ajal menjemputnya, dia sedang dalam keadaan yang sempurna imannya, bukan dalam keadaan berkurang imannya -dan Allahlah yang menjadi Penolong-. Demikian..

***

السُّؤَالُ يَقُولُ فَضِيلَةَ الشَّيْخِ هَلْ هُنَاكَ عَلَامَاتٌ تَدُلُّ عَلَى أَنَّ الْعَبْدَ قَدْ أَدْرَكَ دَرَجَةَ التَّقْوَى فَيَسْتَمِرُّ عَلَى طَرِيقَةٍ…عَلَى…عَلَى هَذَا الطَّرِيقِ أَمْ هِيَ دَرَجَةٌ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا اللهُ؟
بَلَى لَهَا عَلَاَمَاتٌ لَا شَكَّ مَنْ تَعَرَّفَ مِنْ نَسْفِهِ أَنَّهُ سَارَ الطَّرِيقَ الَّذِي رَسَمَهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ أَدَاءُ مَا أَوْجَبَ اللهُ وَتَرْكُ مَا حَرَّمَ اللهُ وَالْاِسْتِقَامَةُ عَلَى هَذَا الدِّينِ
مَنْ تَعَرَّفَ مِنْ نَفْسِهِ ذَلِكَ وَأَنَّهُ يُحِبُّهُ فِي اللهِ ويُبْغِضُ فِي اللهِ وَأَنَّهُ يَجْتَهِدُ فِي طَاعَةِ اللهِ وَتَرْكِ مَحَارِمِهِ وَيَكْسِبُ الْحَلَالَ
وَلِيَعْرِفَ…وَلِيَعْلَمَ أَنَّهُ مِنْ أَهْلِ الْتَقْوَى فِي هَذِهِ الْحَالَةِ وَيَشْكُرُ لِلهِ وَيَسْأَلُهُ الثَّبَاتَ عَلَى دِينِهِ
وَمَنْ تَعَرَّفَ أَنَّ عِنْدَهُ شَيْئًا مِنَ التَّقْصِيرِ كَأَكْلِ بَعْضِ الْحَرَامِ كَتَنَاوُلِ بَعْضِ الرِّبَا
كَغِشٍّ فِي الْمُعَامَلَةِ كَذِبٍ فِي الْمُعَامَلَةِ يَمِينٍ كَاذِبَةٍ قَطِيعَةِ رَحِمٍ
فَإِنَّ هَذَا مِنْ وُجُوهِ الْمَعَاصِي فَلِيَعْلَمَ أَنَّ هَذِهِ التَّقْوَى وَأَنَّ هَذَا الْإِيمَانَ نَاقِصٌ
وَأَنَّهُ يَحْتَاجُ إِلَى تَرْقِيعٍ فَلْيَبْحَثْ عَنِ التَّرْقِيعِ بِالتَّوْبَةِ وَالْاِسْتِغْفَارِ وَتَرْكِ مَا يُخَالِفُ أَمْرَ اللهِ
وَبِهَذَا يَعْلَمُ أَنَّ المُؤْمِنَ يَعْلَمُ عَاقِلٌ أَنَّهُ فِي هَذِهِ الدَّارِ لَا يَزَالُ أَبَدًا أَعَدَّ وَجَهَّزَ لَا يَزَالُ أَبَدًا أَعَدَّ وَجَهَّزَ
فِي نَقْصٍ وَزِيَادَةٍ فِي ضَعْفٍ وَقُوَّةٍ أَبَدًا أَبَدًا حَتَّى يَلْقَى رَبَّهُ
وَعَلَى خَطَأٍ فَلْيَحْرِصْ أَنْ يَلْزِمَ الْخَيْرَ وَيَثْبُتَ عَلَيْهِ غَايَةَ مَا يُمْكِنُهُ
لَعَلَّهُ إِذَا أَدْرَكَهُ الْأَجَلُ فَإِذَا هُوَ عَلَى حَالَةِ الْكَمَالِ لَا عَلَى حَالَةِ النَّقْصِ وَاللهُ المُسْتَعَانُ، نَعَمْ