Serial Fiqih Doa dan Dzikir: Bacaan Dzikir Pagi dan Petang Bagian 13 – Ustadz Abdullah Zaen, Lc., MA

Dzikir adalah amalan yang agung dan banyak keutamaannya. Di antara dzikir yang perlu dirutinkan untuk dibaca yaitu dzikir pagi dan petang. Bagaimana bacaan dzikir pagi dan petang itu? Yuk simak nasihat Ustadz Abdullah Zaen, Lc., MA berikut ini.

Serial Fiqih Doa dan Dzikir No: 169

BACAAN DZIKIR PAGI-PETANG (Bagian-13)

Dzikir pagi dan petang amat beragam bacaannya. Antara lain:

BACAAN KETIGABELAS:

Membaca kalimat subhânallâh wa bi hamdih setiap pagi seratus kali dan setiap petang seratus kali.

Dalil Landasan

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَنْ قَالَ: حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، مِائَةَ مَرَّةٍ، لَمْ يَأْتِ أَحَدٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ بِهِ، إِلَّا أَحَدٌ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ أَوْ زَادَ عَلَيْهِ “

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, “Barang siapa membaca di pagi hari dan di sore hari ‘subhânallâh wa bi hamdih’ seratus kali, tidak akan ada seorangpun di hari kiamat yang datang membawa amalan yang lebih utama dibanding yang dilakukannya. Kecuali jika orang tersebut membaca kalimat serupa atau lebih banyak”. HR. Muslim.

Renungan Kandungan

Kalimat mulia ini menggabungkan antara dua dzikir istimewa. Yaitu tasbih dan tahmid. Sebagaimana yang telah kita pelajari pada Serial Fiqih Doa dan Dzikir No: 45 bahwa kalimat tasbih bermakna: menjauhkan kekurangan-kekurangan dari dzat Allah, serta mensucikan-Nya dari sifat-sifat buruk dan yang tidak layak. Adapun tahmid, telah dibahas pula pada Serial Fiqih Doa dan Dzikir No: 58. Maknanya adalah: memuji Allah ta’ala dengan menyebutkan sifat-sifat-Nya yang agung dan mengingat nikmat-nikmat-Nya yang tak terhingga.

Aktivitas berdzikir seharusnya bukan hanya berupa gerakan lisan belaka. Namun perlu diiringi dengan upaya meresapi kandungan maknanya, serta mengaplikasikan konsekuensinya. Jangan sampai antara ucapan lisan kita dengan perilaku keseharian kita tidak sinkron.

Bertasbih adalah upaya membersihkan pikiran kita dari prasangka buruk terhadap Allah, baik tentang syariat yang diturunkan-Nya, maupun tentang takdir yang ditetapkan-Nya.

Jika terlintas di benak kita kritik terhadap syariat Allah, maka bertasbihlah. Sebab syariat Allah itu Maha sempurna dan Maha bijaksana, tidak ada dan tidak akan mungkin syariat-Nya bertujuan untuk menyusahkan manusia. Justru syariat itu diturunkan untuk mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup mereka. Shalat fardhu yang dikerjakan lima kali dalam sehari, zakat yang wajib ditunaikan oleh orang kaya dan puasa Ramadhan yang harus dijalankan selama sebulan penuh. Semuanya disyariatkan Allah untuk mendatangkan kebaikan bagi kita. Ini mengenai syariat Allah.

Begitu pula terkait takdir Allah. Barangkali ada di antara kita yang menghadapi kesulitan ekonomi, ujian kesehatan, prahara rumah tangga dan yang semisal. Seberat dan sesulit apapun takdir yang ditetapkan-Nya pada kita, jangan sampai terlintas di benak kita prasangka buruk kepada Allah. Manakala itu muncul, bertasbihlah! Yakinilah bahwa Allah Maha Suci dari hal-hal buruk yang kita prasangkakan tentang-Nya. Justru ujian hidup itu berfungsi untuk membersihkan dosa, mengangkat derajat, serta membuat kita semakin kuat dan tangguh.

Jika kita sukses menepis semua asumsi buruk tentang Allah, maka bersyukurlah dan bertahmidlah. Sebab kemampuan dan keberhasilan itu semata-mata berkat taufiq dan bantuan dari-Nya. Inilah salah satu rahasia mengapa tasbih digandengkan dengan tahmid. Wallahu a’lam bish shawab.

Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 8 Sya’ban 1442 / 22 Maret 2021