Langit adalah bagian atas dari permukaan bumi. Tiap kali kita memandang langit tak jarang hati berdecak kagum. Namun kita kerap lupa bahwa langit yang sedemikian luas dan indah tersebut adalah makhluk yang Allah subhanahu wata’alaa ciptakan.
Tafsir Ayat 2
وَأَذِنَتْ لِرَبِّهَا وَحُقَّتْ
- dan patuh kepada Tuhannya, dan sudah semestinya langit itu patuh
Langit akan patuh dan selalu patuh kepada Allah, saat diciptakan, setelah diciptakan selama keberadaan Alam semesta dan ketika berakhir umur langit.
- Kepatuhan langit saat diciptakan, fussilt 11-12
ثُمَّ ٱسْتَوَىٰٓ إِلَى ٱلسَّمَآءِ وَهِىَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلْأَرْضِ ٱئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا قَالَتَآ أَتَيْنَا طَآئِعِينَ
Artinya: 11. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.
فَقَضَىٰهُنَّ سَبْعَ سَمَٰوَاتٍ فِى يَوْمَيْنِ وَأَوْحَىٰ فِى كُلِّ سَمَآءٍ أَمْرَهَا ۚ وَزَيَّنَّا ٱلسَّمَآءَ ٱلدُّنْيَا بِمَصَٰبِيحَ وَحِفْظًا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ ٱلْعَزِيزِ ٱلْعَلِيمِ
- Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
Langit patuh dan taat kepada Allah sejak diciptakan.
- Kepatuhan langit setelah diciptakan, selama keberadaan langit di alam semesta.
Surat Yasin 38-40
وَٱلشَّمْسُ تَجْرِى لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ ٱلْعَزِيزِ ٱلْعَلِيمِ
wasy-syamsu tajrī limustaqarril lahā, żālika taqdīrul-‘azīzil-‘alīm
- dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.
وَٱلْقَمَرَ قَدَّرْنَٰهُ مَنَازِلَ حَتَّىٰ عَادَ كَٱلْعُرْجُونِ ٱلْقَدِيمِ
wal-qamara qaddarnāhu manāzila ḥattā ‘āda kal-‘urjụnil-qadīm
- Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua.
لَا ٱلشَّمْسُ يَنۢبَغِى لَهَآ أَن تُدْرِكَ ٱلْقَمَرَ وَلَا ٱلَّيْلُ سَابِقُ ٱلنَّهَارِ ۚ وَكُلٌّ فِى فَلَكٍ يَسْبَحُونَ
lasy-syamsu yambagī lahā an tudrikal-qamara wa lal-lailu sābiqun-nahār, wa kullun fī falakiy yasbaḥụn
- Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.
Suatu saat pada hari kiamat matahari akan terbit dari barat, itupun karena patuh kepada perintah Allah.
dari Abu Dzar radhiallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya saat matahari terbenam.
((أَتَدْرِي أَيْنَ تَذْهَبُ؟)) قُلْتُ: «اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ» ، قَالَ: ((تَذْهَبُ حَتَّى تَسْجُدَ تَحْتَ العَرْشِ، فَتَسْتَأْذِنَ فَيُؤْذَنُ لَهَا ، وَيُوشِكُ أَنْ تَسْجُدَ فَلاَ يُقْبَلَ مِنْهَا، وَتَسْتَأْذِنَ فَلاَ يُؤْذَنَ لَهَا ، يُقَالُ لَهَا: ارْجِعِي مِنْ حَيْثُ جِئْتِ، فَتَطْلُعُ مِنْ مَغْرِبِهَا، فَذَلِكَ قَوْلُهُ تَعَالَى: {وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَهَا ذَلِكَ تَقْدِيرُ العَزِيزِ العَلِيمِ} [يس: 38] )) .
“Tahukah engkau kemana ia pergi?” Aku (Abu Dzar) menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Beliau bersabda, “Ia pergi hingga bersujud di bawah Arsy. Kemudian ia meminta izin, dan diizinkan. Dan hampir saja tiba waktunya, ia bersujud tapi sujudnya tidak diterima. Ia minta izin tapi tidak diizinkan. Dikatakan kepadanya, kembalilah dari arah kamu datang maka dia terbit dari arah terbenamnya. Itulah maksud firman Allah: “Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” [Quran Yasin: 38].
– cut menit 33 tentang protes riba –
- Kepatuhan matahari saat akhir keberadaan di alam semesta. Surat An Insyqoq Ayat 1-3