Seorang muslim dan muslimah hendaknya bertakwa kepada Allah subhanahu wata’alaa baik di saat ia bersama orang lain maupun ketika sendirian. Salah satu perbuatan yang terlarang namun banyak manusia terjerumus ke dalamnya yaitu melihat konten-konten vulg4r.

Penanya berkata, “Semoga Allah Limpahkan kebaikan untuk Anda.
Dahulu aku pernah beberapa kali melihat gambar dan video (porno).
Aku sudah bertobat kepada Allah Taʿālā,
tetapi aku masih merasa terganggu dengan bayang-bayang itu dalam pikiranku,
bagaimana cara menghapus bayang-bayang itu dari dalam pikiranku?”
Kita juga memohon kepada Allah untuk saudara kita ini agar diberikan taubat nasuha,
dan semoga Allah ʿAzza wa Jalla Membebaskannya dari dampak dan bekas-bekas
dari tontonan-tontonan maksiat tersebut
yang pernah dia saksikan di masa silamnya.
Sudah barang tentu pertanyaan saudara kita yang budiman ini
membuka sebuah poin penting yang harus diperhatikan terkait masalah ini,
yang sering dilupakan oleh kebanyakan orang yang suka melihat gambar-gambar porno ini
dan menonton tontonan-tontonan porno ini.
Orang yang suka melihat gambar-gambar porno ini
menyangka bahwa itu hanyalah tontonan
yang akan selesai dan berakhir waktu itu juga.
Padahal kenyataannya tidak demikian,
bahkan realitanya adalah seperti yang disebutkan oleh penanya yang budiman ini,
bahwa tontonan ini meninggalkan sisa-sisa yang membekas dalam hati,
yang membekas dalam hati.
Bahkan sebagian orang mengisahkan pengalamannya sendiri
bahwa bekas-bekas tontonan tersebut hadir dalam hatinya
padahal dia sedang sujud, bahkan saat ia rukuk,
dan terkadang saat dia mengangkat tangannya untuk berdoa, muncul lagi
bayangan-bayangan kotor yang dahulu dia pernah bernikmat-nikmat menontonnya.
Saat dia melihatnya, dia menyangka bahwa itu sementara dan segera berlalu
serta tidak akan menyisakan bekas apa pun.
Namun ternyata ia menyisakan bekas, karena hal-hal
yang seseorang lihat dengan matanya dan dengar dengan telinganya
akan mengendap dalam hati dan menempel erat,
yang tidak mudah untuk dihilangkan.
Namun tidak berarti bahwa hati tidak bisa terbebas darinya.
Di sini kami sampaikan firman Allah Subẖānahu wa Taʿālā (yang artinya),
“Sebenarnya Allah Yang Menyucikan siapa pun yang dikehendaki-Nya.” (QS. An-Nisa’: 49)
Penyucian hati ada di tangan Allah.
Maka dari itu, seorang hamba harus tulus kepada Allah Subẖānahu wa Taʿālā
dalam memohon kesucian hatinya.
Jika dia tulus kepada-Nya, niscaya Allah Yang akan Menghilangkan bayang-bayang itu.
Jika dia tulus.
Di antara doa Nabi kita ʿAlaihiṣ Ṣalātu was Salām,
“Ya Allah, Berikanlah kepada jiwa kami ketakwaannya,
dan Sucikan ia karena Engkaulah sebaik-baik Yang Menyucikannya,
Engkaulah Penguasa dan Pemiliknya.” (HR. Muslim)
Dia harus memohon kepada Allah.
Inilah yang saya wasiatkan kepada penanya yang budiman ini,
yakni memohon perlindungan kepada Allah Subẖānahu wa Taʿālā
dengan tulus dan terus meminta dengan penuh harap kepada Allah agar Menyucikan hatinya.
Kesucian hati maknanya adalah kebersihan hati.
Maksudnya adalah kebersihan hati, karena kesucian hati
tidak akan terwujud kecuali dengan membersihkannya.
Inilah mengapa Ibnu Taimiyah—semoga Allah Merahmatinya—berkata,
“Sungguh penyucian hati mencakup dua hal ini, …”
“… mencakup dua hal ini, …”
yakni mencakup menghidupkannya dengan kebaikan
dan menyelamatkannya dari keburukan dan penyakit.
“… mencakup dua hal ini, …”
“Ambillah zakat dari harta mereka,
guna membersihkan dan menyucikan mereka.” (QS. At-Taubah: 103)
“… guna membersihkan dan menyucikan mereka.” (QS. At-Taubah: 103)
“… membersihkan mereka, …” yakni dari penyakit yang terdapat dalam hati,
seperti kikir dan yang semisalnya.
“… dan menyucikan mereka.”
Jadi penyucian hati mengandung dua hal ini,
maka yang aku nasihatkan kepada si penanya ini
adalah bertawajuh kepada Allah Subẖānahu wa Taʿālā dengan tulus
dan meminta penuh harap kepada-Nya dengan doa agar Dia Menyucikan hatinya,
agar Dia Menyucikan hatinya.
Namun pada saat yang sama,
dia juga harus mengusahakan sebab-sebab demi kesucian hatinya.
Di antara sebabnya yang paling kuat
adalah memberi perhatian terhadap al-Quran
dan menyibukkan waktunya dengan kitab Allah Subẖānahu wa Taʿālā
dengan membaca dan menadaburinya.
“… yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya dan menyucikan (jiwa) mereka ….” (QS. Al-Jumu’ah: 2)
maksudnya dengan al-Quran,
karena al-Quran adalah kitab penyucian hati.
Demikian.

***

يَقُولُ أَحْسَنَ الله إِلَيْكَ
قَدْ كُنْتُ نَظَرْتُ إِلَى بَعْضِ الصُّوَرِ وَالْأَفْلَامِ
قَدْ تُبْتُ إِلَى اللهِ تَعَالَى
وَلَكِنْ لَا أَزَالُ أَجِدُ هَذِهِ الْأُمُورَ فِي خَاطِرِيْ
فَكَيْفَ السَّبِيلُ لِمَحْوِ تِلْكَ الْأُمُورِ مِنْ ذَاكِرَتِي؟
أَيْضًا نَسْأَلُ اللهَ لِأَخِينَا هَذَا التَّوْبَةَ النَّصُوحَ
وَأَنْ يُخَلِّصَهُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هَذِهِ الْبَقَايَا وَالرَّوَاسِبِ
لِهَذِهِ الْمُشَاهِدَاتِ الآثِمَةِ
الَّتِي كَانَ فَتْرَةً مِنَ الزَّمَانِ يُشَاهِدُهَا
وَلَعَلَّ سُؤَالَ هَذَا الْأَخِ الْكَرِيمِ
يَفْتَحُ بَابًا مُهِمًّا لِلتَّنْبِيهِ عَلَى أَمْرٍ
يَغْفَلُ عَنْهُ أَكْثَرُ مَنْ يَنْظُرُ إِلَى تِلْكَ الْمَنَاظِرِ
وَيُشَاهِدُ تِلْكَ الْمُشَاهِدَ
كَثِيرٌ مِمَّنْ يَنْظُرُ إِلَى هَذِهِ الْمَنَاظِرِ
يَظُنُّ أَنَّهَا نَظَرَاتٌ
تَنْتَهِي فِي حِينِهَا وَتَنْقَضِي فِي وَقْتِهَا
لَكِنْ لَيْسَ الْأَمْرُ كَذَلِكَ
بَلِ الْأَمْرُ كَمَا ذَكَرَ السَّائِلُ الْكَرِيمُ
يَبْقَى مِنْهَا بَقَايَا تَنْطَبِعُ فِي الْقَلْبِ
تَنْطَبِعُ فِي الْقَلْبِ
حَتَّى إِنَّ بَعْضَ النَّاسِ يَذْكُرُ عَنْ نَفْسِهِ
أَنَّ بَقَايَا مِنْ تِلْكَ الْمَنَاظِرِ تَقْفِزُ إِلَى قَلْبِهِ
وَهُوَ سَاجِدٌ نَعَمْ وَهُوَ رَاكِعٌ
وَأَحْيَانًا وَهُوَ مَادُّ يَدَيهِ بِالدُّعَاءِ تَقْفِزُ
مَنَاظِرٌ سَيِّئَةٌ كَانَ مُنْهَمِكًا فَتْرَةً مِنْ عُمْرِهِ بِالنَّظَرِ إِلَيْهَا
هُوَ لَمَّا كَانَ يَنْظُرُ يَظُنُّ أَنَّهَا فَتْرَةٌ وَتَنْتَهِي
وَلَا يَبْقَى مِنْهَا شَيْءٌ
لَكِنَّهَا تَبْقَى لِأَنَّ الْأَشْيَاءَ
الَّتِي يَنْظُرُ إِلَيْهَا الْإِنْسَانُ بِبَصَرِهِ وَيَسْتَمِعُ إِلَيْهَا بِسَمْعِهِ
تَنْطَبِعُ فِي الْقَلْبِ وَتَلْتَصِقُ بِهِ
وَخَلَاصُهَا مِنْهُ لَيْسَ بِالْهَيِّنِ
لَكِنْ لَا يُقَالُ إِنَّ الْقَلْبَ لَا يَخْلُصُ مِنْهَا
وَنَذْكُرُ هُنَا قَوْلَ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
بَلِ اللهُ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ
تَزْكِيَةُ الْقَلْبِ بِيَدِ اللهِ
فَعَلَى الْعَبْدِ أَنْ يَصْدُقَ مَعَ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
فِي طَلَبِ زَكَاةِ قَلْبِهِ
صَادِقًا مَعَ اللهِ فَيُذْهِبُ اللهُ عَنْهُ
إِذَا صَدَقَ
وَمِنْ دُعَاءِ نَبِيِّنَا عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ
اللَّهُمَّ آتِ نُفُوسَنَا تَقْوَاهَا
وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا
أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا
فَيَلْجَأُ إِلَى اللهِ
هَذَا الَّذِي أُوْصِي بِهِ هَذَا السَّائِلَ الْكَرِيمَ
أَنْ يَلْجَأَ إِلَى اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
صَادِقًا مُلِحًّا عَلَى اللهِ أَنْ يُزَكِّيَ قَلْبَهُ
وَزَكَاةُ الْقَلْبِ تَعْنِي فِي مَعْنَاهَا طَهَارَةَ الْقَلْبِ
طَهَارَةَ الْقَلْبِ لِأَنَّ التَّزْكِيَةَ لِلْقَلْبِ
لَا تَكُونُ إِلَّا بِطَهَارَتِهِ
وَلِهَذَا يَقُولُ ابْنُ تَيمِيَّةَ رَحِمَهُ اللهُ
فَإِنَّ تَزْكِيَةَ الْقَلْبِ تَشْمَلُ هَذَا وَهَذَا
تَشْمَلُ هَذَا وَهَذَا
تَشْمَلُ عِمَارَاتَهُ بِالْخَيْرِ
وَسَلَامَتَهُ مِنَ الشُّرُورِ وَالْآفَاتِ
تَشْمَلُ هَذَا وَهَذَا
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً
تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا
تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا
تُطَهِّرُهُمْ أَيْ مِمَّا يَكُونُ فِي الْقَلْبِ
مِنْ شُحٍّ وَأَشْيَاءَ مِنْ هَذِهِ الْقَبِيلِ
وَتُزَكِّيْهِمْ
فَالتَّزْكِيَةُ تَشْمَلُ هَذَا وَهَذَا
فَالَّذِي أَنْصَحُ بِهِ هَذَا السَّائِلَ
أَنْ يُقْبِلَ عَلَى اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى صَادِقًا
مُلِحًّا عَلَى اللهِ بِالدُّعَاءِ أَنْ يُزَكِّيَ قَلْبَهُ
أَنْ يُزَكِّيَ قَلْبَهُ
وَفِي الْوَقْتِ نَفْسِهِ
يَأْخُذُ بِأَسْبَابِ زَكَاةِ الْقَلْبِ
وَأَعْظَمُ مَا يَكُونُ مِنْ ذَلِكَ
الْعِنَايَةُ بِالْقُرْآنِ
وَشَغْلُ الْأَوْقَاتِ مَعَ كِتَابِ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
قِرَاءَةً وَتَدَبُّرًا
يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ
أَيْ بِالْقُرْآنِ
وَالْقُرْآنُ هُوَ كِتَابُ التَّزْكِيَةِ لِلْقُلُوبِ
نَعَمْ