Zina adalah perbuatan keji yang senantiasa manusia diwanti-wanti untuk menjauhi lantaran besarnya dampak buruknya. Perbuatan zina adalah hubungan badan yang dilakukan di luar ikatan pernikahan. Seorang yang berzina telah menceburkan dirinya ke dalam dosa besar yang hukuman syariatnya sangat berat. Zina ghairu muhsan dihukum dera atau cambuk 100 kali dan diasingkan selama 1 tahun. Adapun zina muhsan hukumannya dirajam yakni dilempari batu sampai mati.
Ketika Anda membaca kisah ini,
simpulkan dan sarikan darinya perkara-perkara,
dari judul ini, sarikan darinya faktor-faktor yang menolong
atau sebab-sebab yang membantu menyelamatkan diri dari fitnah,
khususnya fitnah zina.
Dalam hal ini saya ada khotbah Jumat,
saya ada khotbah Jumat, di mana aku menyarikan dari kisah ini
—seingatku—tujuh hal yang sangat penting
yang bisa menolong pemuda—dengan izin Allah Subẖānahu wa Taʿālā—
untuk melepaskan diri dari fitnah tersebut.
[PERTAMA]
Yang paling agung dari semua itu adalah tauhid.
Ikhlas kepada Allah adalah sebab yang paling agung.
Tauhid adalah keselamatan dari segala keburukan dengan izin Allah,
yakni ikhlas kepada Allah.
“Demikianlah, Kami Palingkan darinya keburukan dan kekejian.
Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.” (QS. Yusuf: 24)
“Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba-hamba Kami yang ikhlas.” (QS. Yusuf: 24)
Ini qiraah lainnya.
Mukhliṣīn, yaitu orang-orang yang mengikhlaskan agama mereka kepada Allah,
menauhidkan-Nya, dan mengesakan-Nya dalam ibadah.
Jadi, ikhlas dan tauhid adalah keselamatan.
[KEDUA]
Demikian juga beriman dengan Allah dan keagungan-Nya.
[KETIGA]
Sifat Murāqabah terhadap Allah Subẖānahu wa Taʿālā,
bahwa Allah senantiasa Mengawasi setiap hamba
dan bahwa Allah Melihatnya,
Ini adalah keselamatan.
[KEEMPAT]
Teguh pendirian dalam melawan hawa nafsu,
serta mencegah dan mengekangnya agar selalu menolak dan menahan diri
agar tidak melakukan zina, perbuatan haram.
[KELIMA]
Berdoa.
[KEENAM]
Berlindung kepada Allah Subẖānahu wa Taʿālā.
[KETUJUH]
Termasuk sebab-sebab penting juga adalah pergi dari tempat fitnah (zina)
Janganlah seseorang diam saja saat terpapar fitnah (zina),
melainkan lari darinya dan dari tempat tersebut.
Ketika Nabi Yusuf digoda oleh istri al-ʿAzīz, apa yang terjadi padanya?
“Keduanya berlomba menuju pintu …” (QS. Yusuf: 25)
Sekadar melihat ada masalah, fitnah, dan sesuatu yang mencurigakan,
Nabi Yusuf bersegera menuju pintu,
yakni lari dengan cepat ke arah pintu
untuk melarikan diri dari fitnah (zina).
Lalu si perempuan mengejarnya dan menarik bajunya
dari belakang karena dia lari menjauh
untuk melarikan diri dari fitnah.
Inilah salah satu sebab keselamatan,
lari dari tempat fitnah,
bukan malah memaparkan diri dan diam di tempat,
tapi harus lari dan menjauhi sebab-sebab
yang berpotensi menjatuhkan seorang hamba ke dalam fitnah (syahwat).
Dengan semua kondisi tersebut disertai kuatnya syahwat,
tapi keimanan yang jujur dan keikhlasan yang sempurna mencegahnya
dari melakukan perbuatan terlarang.
Yang mencegahnya juga adalah doa dan berlindung kepada Subẖānahu wa Taʿālā (lihat poin 5 dan 6),
teguh pendirian, dan melarikan diri, serta sebab-sebab lainnya
yang bisa Anda temukan dalam kisah beliau ʿAlaihis Salām.
Dalam hal ini hendaknya seseorang mengingat
—dan ini juga termasuk faktor penolong yang kuat—
tentang tujuh golongan yang Allah Naungi di bawah naungan-Nya
di hari tiada naungan kecuali naungan-Nya saja.
Di antaranya adalah seorang pemuda yang digoda wanita
yang memiliki kedudukan dan kecantikan,
lalu dia berkata, “Aku takut kepada Allah!”
Kalimat ini, “Aku takut kepada Allah”
adalah keselamatan bagi seorang hamba.
Seseorang harus memenuhi hatinya dengannya
dan menjadikannya sandaran untuk berlindung dari perbuatan haram.
“Aku takut kepada Allah!”
Bahkan tidak cukup hanya dijadikan keyakinan dalam hati,
tapi harus disampaikan kepada orang di hadapannya
dengan mengatakan, “Aku takut kepada Allah!” Agar menggerakkan rasa takut
dalam dirinya dan dalam diri orang yang bersamanya.
Nabi Yusuf ʿAlaihis Salām telah menyempurnakan tingkat kesabaran dan keimanan,
serta menyempurnakan sifat adil, ihsan, pemaaf, kemurahan hati, dan dermawan.
Semua ini nampak bagi orang yang merenungi kisah Nabi Yusuf ʿAlaihis Salām.
***
لَمَّا تَقْرَأُ… لَمَّا تَقْرَأُ الْقِصَّةَ
اسْتَخْلِصْ مِنْهَا اسْتَخْلِصْ مِنْهَا الْأُمُورَ
تَحْتَ هَذَا الْعُنْوَانِ اسْتَخْلِصْ مِنْهَا الْأُمُورَ الْمُعِينَةَ
الْأُمُورَ الْمُعِينَةَ لِلسَّلَامَةِ مِنَ الْفِتَنِ
خَاصَّةً فِتْنَةِ الْفَاحِشَةِ
وَلِي فِي هَذَا خُطْبَةُ الْجُمُعَةِ
لِي فِي هَذَا خُطْبَةُ الْجُمُعَةِ اسْتَخْلَصْتُ مِنَ الْقِصَّةِ
أَظَنُّ سَبْعَةَ أُمُورٍ مُهِمَّةٍ جِدًّا
تُعِينُ الشَّابَّ بِإِذْنِ الله سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
عَلَى الْخَلَاصِ مِنْ هَذِهِ الْفِتَنِ
وَأَعْظَمُ ذَلِكَ التَّوْحِيدُ
الْإِخْلَاصُ لِلهِ أَعْظَمُ ذَلِكَ
التَّوْحِيدُ نَجَاةٌ مِنْ كُلِّ شَرٍّ بِإِذْنِ اللهِ
الْإِخْلَاصُ لِلْمَعْبُودِ
كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوٓءَ وَالْفَحْشَآءَ
إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلِصِينَ
هَذِهِ قِرَاءَةٌ
الْمُخْلِصِينَ الَّذِينَ أَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلهِ
وَحَّدَ اللهَ أَفْرَدَ اللهَ بِالْعِبَادَةِ
فَالْإِخْلَاصُ وَالتَّوْحِيدُ نَجَاةٌ
أَيْضًا الْإِيمَانُ بِاللهِ وَعَظَمَةِ اللهِ
وَمُرَاقِبَةُ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
وَأَنَّهُ مُطَّلِعٌ عَلَى الْعَبْدِ
وَأَنَّهُ يَرَاهُ
هَذَا نَجَاةٌ
الْاِسْتِعْصَامُ بِمُجَاهِدَةِ النَّفْسِ
وَمَنْعِهَا وَالتَّشْدِيدِ عَلَيْهَا فِي الْإِبَاءِ وَالْاِمْتِنَاعِ
عَنْ المُوَاقَعَةِ الْأَمْرِ الْمُحَرَّمِ
الدُّعَاءُ
اللُّجُوءُ إِلَى اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
مِنَ الْأَسْبَابِ الْمُهِمَّةِ الْفِرَارُ مِنْ مَوْضِعِ الْفِتْنَةِ
مَا يَبْقَى الْإِنْسَانُ مُسْتَشْرِفًا لَهَا
بَلْ يَفِرُّ مِنْهَا وَمِنْ مَكَانِهَا
لَمَّا دَعَتْهُ امْرَأَةُ الْعَزِيزِ مَاذَا حَصَلَ مِنْهُ؟
وَاسْتَبَقَا الْبَابَ
مُجَرَّدٌ مَا رَأَى الْمَسْأَلَةَ فِيهَا فِتْنَةٌ فِيهَا كَذَا
اسْتَبَقَ الْبَابَ
رَاحَ يَعْنِي يَعْدُو جِهَةَ الْبَابِ
فَارًّا مِنَ الْفِتَنِ
أَلْحَقَتْ… لَحِقَتْهُ وَقَدَّتْ قَمِيصَهُ
مِنْ دُبُرٍ وَهُوَ مُوَلِّيًا
فَارًّا مِنَ الْفِتْنَةِ
هَذَا مِنْ أَسْبَابِ النَّجَاةِ
الْفِرَارُ مِنْ مَوْضِعِ الْفِتَنِ
مَا يَسْتَشْرِفُ لَهَا وَيَبْقَى فِي مَكَانِهَا
بَلْ يَفِرُّ مِنْهَا وَيَبْتَعِدُ عَنِ الْأَسْبَابِ
الَّتِي تُفْضِي إِلَى… تُفْضِي بِالْعَبْدِ إِلَى الْفِتَنِ
فَمَعَ هَذِهِ الْأُمُورِ وَمَعَ قُوَّةِ الشَّهْوَةِ
مَنَعَهُ الْإِيمَانُ الصَّادِقُ وَالْإِخْلَاصُ الْكَامِلُ
مِنْ مُوَاقَعَةِ الْمَحْذُورِ
مَنَعَهُ أَيْضًا الدُّعَاءُ وَاللُّجُوءُ إِلَى اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
الْاِسْتِعْصَامُ الْفِرَارُ إِلَى غَيْرِ ذَلِكَ مِنَ الْأَسْبَابِ
الَّتِي تَرَاهَا فِي قِصَّتِهِ عَلَيْهِ السَّلَامُ
يَذْكُرُ الْعَبْدُ فِي هَذَا الْمَقَامِ
وَهَذَا مِنْ أَعْظَمِ الْمُعِينَاتِ
السَّبْعَةُ الَّذِينَ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ
يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ
مِنْهُمْ شَابٌّ دَعَتْهُ امْرَأَةٌ
ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ
فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللهَ
هَذِهِ الْكَلِمَةُ إِنِّي أَخَافُ اللهَ
نَجَاةٌ لِلْعَبْدِ
دَائِمًا يَمْلَأُ قَلْبَهُ بِهَا
وَيَجْعَلُهَا سَنَدًا لَهُ لِلتَّوَقِّي مِنَ الْحَرَامِ
أَخَافُ اللهَ
حَتَّى لَا يَكْتَفِي أَنْ يَجْعَلَهَا عَقِيدَةً فِي الْقَلْبِ
بَلْ يُحَدِّثُهَا مَنْ أَمَامَهُ
يَقُولُ: أَخَافُ اللهَ حَتَّى يُحَرِّكَ الْخَوْفَ
فِي نَفْسِهِ وَفِي مَنْ عِنْدَهُ
يُوسُفُ عَلَيْهِ السَّلَامُ كَمَّلَ مَرَاتِبَ الصَّبْرِ وَكَمَّلَ مَرَاتِبَ إِيمَانِيَّة
كَمَّلَ الْعَدْلَ كَمَّلَ الْإِحْسَانَ كَمَّلَ الْعَفْوَ وَالْكَرَمَ وَالْإِحْسَانَ
وَهَذَا كُلُّهُ يَظْهَرُ فِي الْمُتَأَمِّلِ لِقِصَّةِ يُوسُفَ عَلَيْهِ السَّلَامُ