Dua Bukti Aqidah Imam Nawawi Bukan Asyariyah Tapi Ahlusunah-Syaikh Shalih Al-Ushaimi #NasehatUlama

Siapa yang tidak mengenal imam an-Nawawi rahimahullah? Beliau adalah sosok ulama besar di zamannya. Dan di antara karya beliau yang fenomenal yaitu kitab Arbain an-Nawawi. Namun sayangnya ada yang menganggap bahwa imam an-Nawawi berakidah asy-Ariyah? Benarkah demikian?

Ya, Ahsanallahu ilaikum.
Bismillahirrahmanirrahim.
Imam an-Nawawi rahimahullahu Ta’ala berkata, “Hadits ke-20”.
Sebelumnya, kita telah membahas tentang Imam an-Nawawi.
Kamu masih ingat pembahasan ini?
Ya?
Kita telah membahasnya. (Lanjutkan)
Imam Nawawi berkata, …
Ya.
Bagaimana Imam an-Nawawi?
Bagaimana, wahai Abdullah?
Ya.
asy-Syaikh Fahd bin Humayyin menyebutkan, bahwa beliau pernah membaca di hadapan asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz—semoga Allah merahmati mereka semua—
asy-Syaikh Fahd berkata, “Imam an-Nawawi berkata, …” Maka asy-Syaikh Bin Baz berkata, …
Katakan, ‘al-Hafizh an-Nawawi berkata’, atau dengan sebutan semisalnya! …
Karena an-Nawawi bukan seorang Imam dalam segala aspek.
Karena Imam adalah orang yang menjadi teladan dalam semua aspek.
Oleh sebab itu, dalam doa disebutkan, “Ya Allah, jadikanlah aku sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa.”
Yaitu sebagai orang yang dapat diteladani dalam semua aspek,
baik itu dalam perkara akidah, ucapan, atau perbuatan.
Sedangkan an-Nawawi—rahimahullahu Ta’ala—memiliki beberapa perkara akidah yang menyelisihi manhaj ahlus sunnah wal hadits.
Perkataan ini jelas?
Maka beliau dapat dipanggil sebagai al-Hafizh atau sebutan yang semisalnya.
Dan kebaikan beliau tetap tercatat.
(BUKTI PERTAMA)
Namun, kejadian ini sebelum membaca tulisan an-Nawawi yang menyebutkan bahwa beliau tidak lagi berada dalam keyakinan yang dulu.
Dan kitab ini adalah bagian dari tulisan beliau tentang masalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dalam kitab itu beliau menyatakan dengan jelas penetapan sifat-sifat Allah.
Dan beliau menulisnya untuk membantah ucapan orang-orang berakidah asyariyah tentang firman Allah ‘Azza wa Jalla.
Dan kitab ini benar-benar tulisan an-Nawawi, tanpa ada keraguan.
Kitab ini hanya memiliki tiga eksemplar manuskrip di seluruh dunia.
Dan telah dicetak dua kali, setiap cetakan hanya bersandar pada satu manuskrip, tanpa ada proses pembandingan antara keduanya.
Jadi kitab ini hanya memiliki tiga eksemplar manuskrip.
Dan di akhir kitab, an-Nawawi menyatakan bahwa manhajnya adalah manhaj ahlus sunnah wal hadits.
(BUKTI KEDUA)
Dan hal lain yang menjadi dalil atas ini adalah keadaan muridnya, Ala’uddin bin al-Atthar.
Murid an-Nawawi yang paling dekat dengannya ini, memiliki kitab dalam akidah salaf.
Sehingga seakan-akan inilah manhaj yang terakhir beliau ikuti.
Ini adalah penguat, karena salah satu hal yang dapat menunjukkan manhaj seorang guru adalah manhaj murid terdekatnya.
Dan Ibnu al-Atthar adalah orang terdekat an-Nawawi.
Sehingga berhentinya an-Nawawi dari pemahaman asyariyah telah jelas.
(IMAM NAWAWI ADALAH IMAM)
Sehingga beliau dapat dikatakan sebagai ‘imam’, jika dilihat dari manhaj terakhir yang beliau ikuti.
Namun masalah-masalah yang beliau keliru di dalamnya, saat masih dalam pemahaman lama, harus ditinggalkan!
Oleh sebab itu—wallahu a’lam— terdapat seorang ulama terdahulu di abad ke-7 atau ke-8,
menulis rangkuman dari kitab an-Nawawi, Syarah Shahih Muslim, dan menyebutkan masalah-masalah yang bertentangan dengan manhaj ahlus sunnah.
Dan kemungkinan penulisnya adalah salah satu teman beliau, atau teman dari teman beliau.
Dan Taqiyuddin as-Subki menentang perbuatan ini dan mencelanya,
karena as-Subki sangat getol dalam mengikuti manhaj asyariyah dalam akidah,
dan ia memandang perbuatan ini sebagai sikap mempermainkan dan mencampuradukkan.
(KESIMPULAN)
Dan kesimpulannya, an-Nawawi—rahimahullahu Ta’ala—memiliki keyakinan lama yang menyelisihi banyak keyakinan asyariyah.
Dan beliau juga menyelisihi mereka dalam banyak masalah yang disebutkan dalam kitab-kitab beliau yang lama.
Namun kitab tentang firman, kalam, dan suara Allah yang beliau tulis sekitar 3 bulan sebelum wafat ini
adalah kitab yang menjadi penentu keyakinan yang dianut oleh an-Nawawi—rahimahullah—
Demikian.

***

نَعَمْ أَحْسَنَ اللهُ إِلَيْكُمْ
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
قَالَ الْإِمَامُ النَّوَوِيُّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى الْحَدِيثُ الْعِشْرُوْنَ
قَدْ سَبَقَ أَنْ عَلَّقْنَا عَلَيْهَا الْإِمَامَ النَّوَوِيَّ
تَذْكُرُ التَّعْلِيقَ؟
نَعَمْ؟
عَلَّقْنَا عَلَيْهَا قَالَ الْإِمَامُ النَّوَوِيُّ
أَيوه
وَالنَّوَوِيُّ كَيْفَ؟
هَا يَا عَبْدَ اللهِ
نَعَمْ
ذَكَرَ الشَّيْخُ فَهْدُ بْنُ حُمَيِّنٍ أَنَّهُ كَانَ يَقْرَأُ عَلَى الشَّيْخِ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ بَازٍ رَحْمَةُ اللهِ عَلَى الْجَمِيعِ
فَقَالَ قَالَ الْإِمَامُ النَّوَوِيُّ فَقَالَ
قُلْ قَالَ الْحَافِظُ النَّوَوِيُّ أَوْ نَحْوَهُ
لِأَنَّ النَّوَوِيَّ لَيْسَ إِمَامًا مِنْ كُلِّ وَجْهٍ
فَالْإِمَامُ هُوَ الَّذِي يُقْتَدَى بِهِ مِنْ كُلِّ جِهَةٍ
وَلِذَلِك الدَّاعِي يَقُولُ اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
يَعْنِي صَالِحًا لِلِاقْتِدَاءِ مِنْ كُلِّ جِهَةٍ
اعْتِقَادِيَّةٍ أَوْ قَوْلِيَّةٍ أَوْ عَمَلِيَّةٍ
وَالنَّوَوِيُّ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى فِي بَابِ الِاعْتِقَادِ لَهُ مَسَائِلُ خَالَفَ فِيهَا طَرِيقَةَ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْحَدِيثِ
وَاضِحٌ الْكَلَامُ
فَيُقَالُ قَالَ الْحَافِظُ وَأَشْبَهَ ذَلِكَ
فَتُحْفَظُ حَسَنَاتُهُ
لَكِنَّ هَذَا كَانَ قَبْلَ الِاطِّلَاعِ عَلَى كِتَابٍ لِلنَّوَوِيِّ رَجَعَ فِيهِ عَنِ اعْتِقَادِهِ الْقَدِيمِ
وَهَذَا الْكِتَابُ هُوَ جُزْءٌ لَهُ فِي مَسْأَلَةِ الْكَلَامِ لِلهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى
فَإِنَّهُ صَرَّحَ فِيهِ بِإِثْبَاتِ الصِّفَاتِ
وَأَلَّفَهُ فِي الرَّدِّ عَلَى مَقَالَةِ الْأَشَاعِرَةِ فِي كَلَامِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
وَهَذَا الْكِتَابُ ثَابِتٌ لِلنَّوَوِيِّ لَا مَطْعَنَ فِيهِ
فَإِنَّ لَهُ فِي الدُّنْيَا ثَلَاثُ نُسَخٍ
وَقَدْ طُبِعَ طَبْعَتَيْنِ كِلَاهُمَا عَلَى نُسْخَةٍ وَحِيْدَةٍ دُونَ اطِّلَاعِ كُلِّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا عَلَى نُسْخَةِ الآخَرَ
وَالْكِتَابُ لَهُ ثَلَاثُ نُسْخَةٍ خَطِّيَّةٍ
وَقَدْ صَرَّحَ فِي آخِرِهِ بِأَنَّ طَرِيقَتَهُ هِيَ طَرِيقَةُ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْحَدِيثِ
وَمِمَّا يَدُلُّ عَلَى هَذَا حَالُ تِلْمِيذِهِ عَلَاءِ الدِّينِ بْنِ الْعَطَّارِ
فَإِنَّ أَخَصَّ تَلَامِيذِهِ لَهُ مُصَنَّفٌ فِي الِاعْتِقَادِ السَّلَفِيِّ
فَكَأَنَّ هَذَا هُوَ الَّذِي عُرِفَ مِنَ الْمَذْهَبِ الَّذِي صَارَ إِلَيْهِ
وَهَذِهِ قَرِينَةٌ فَإِنَّ مِمَّا يَدُلُّ عَلَى مَذْهَبِ الشَّيْخِ مَذْهَبُ تَلَامِيذِهِ الْمُخْتَصِّيْنَ بِه
وَابْنُ الْعَطَّارِ أَخَصُّ النَّاسِ بِالنَّوَوِيِّ
فَرُجُوعُهُ عَنْ ذَلِكَ ظَاهِرٌ
فَلَهُ أَنْ يُقَالَ فِي حَقِّهِ إِمَامٌ بِاعْتِبَارِ مَا صَارَ إِلَيْهِ رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى
لَكِنَّ الْمَسَائِلَ الَّتِي أَخْطَأَ فِيهَا وَكَانَ عَلَى الْقَوْلِ الْقَدِيمِ تُتْرَكُ
وَلِأَجْلِ هَذَا وَاللهُ أَعْلَمُ عَمَدَ بَعْضُ الْقُدَمَاءِ فِي الْقَرْنِ السَّابِعِ أَوِ الثَّامِنِ
إِلَى تَلْخِيصِ شَرْحِهِ عَلَى مُسْلِمٍ وَأَخْرَجَ هَذِهِ الْمَسَائِلَ الْمُخَالِفَةَ
لَعَلَّهُ مِنْ أَصْحَابِهِ أَوْ أَصْحَابِ أَصْحَابِهِ
وَقَدْ عَرَّضَ السُّبْكِيُّ الِابْنُ بِهَذِه الْفِعْلَةِ تَقْبِيْحًا لَهَا
عَلَى مَذْهَبِهِ الشَّدِيدِ فِي مُتَابَعَةِ طَرِيقَةِ الْأَشَاعِرَةِ فِي الِاعْتِقَادِ
وَعَدَّ ذَلِكَ تَلَاعُبًا وَخَلْطًا
وَالْحَاصِلُ أَنَّ النَّوَوِيَّ رَحِمَهُ تَعَالَى كَانَ لَهُ مُعْتَقَدٌ قَدِيمٌ خَالَفَ فِي كَثِيرٍ مِنْهُ الْأَشَاعِرَةَ
وَإِلَّا هُوَ خَالَفَهُم أَيْضًا فِي مَسَائِلَ فِي كُتُبِهِ الَّتِي صَنَّفَهَا قَدِيمًا
لَكِنْ هَذَا الْكِتَابُ فِي الْكَلَامِ وَالْحَرْفِ وَالصَّوْتِ الَّذِي صَنَّفَهُ قَبْلَ وَفَاتِهِ بِنَحْوِ ثَلَاثَةِ أَشْهُرٍ
هَذَا الْكِتَابُ هُوَ الَّذِي يُحْكَمُ بِأَنَّهُ صَارَ إِلَيْهِ اعْتِقَادُهُ رَحِمَهُ اللهُ نَعَمْ