Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan sesamanya. Namun terkadang terjadi perselisihan di antara manusia karena berbagai macam hal. Bahkan perselisihan kecil pernah terjadi di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kejadian tersebut melibatkan sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhuma.

Pernah terjadi pertengkaran kecil antara Abu Bakar dan Umar radhiyallahu ‘anhuma.
Abu Bakar ash-Shiddiq memiliki tabiat yang sensitif,
dan hal ini termasuk perkara fitrah manusia, perasaannya sensitif dan cepat marah.
Umar mengatakan sesuatu, dan Abu Bakar juga mengatakan hal lain.
Namun Abu Bakar sedikit melebihkan balasannya, sehingga ia menyesal.
Maka Abu Bakar berkata pada Umar, “Maafkan aku atas ucapan yang aku katakan itu.”
Tetapi Umar menjawab, “Aku tidak mau memberimu maaf.” Lalu ia pergi.
Bagaimana kamu mengatakan itu padaku?! Allahu A’lam apa yang Abu Bakar katakan, tapi ia mengatakan hal yang mengganggu perasaan Umar.
Abu Bakar berkata, “Maafkan aku.” Umar menjawab, “Aku tidak memaafkanmu!” Lalu Umar pergi.
Saat Umar pergi, Abu Bakar menjadi sedih atas kejadian yang menimpanya.
Maka Abu Bakar pergi menemui Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
Lalu Abu Bakar berkata kepada beliau, “Ya Rasulullah, terjadi masalah antara aku dan Umar, lalu aku emosi terhadapnya. Aku yang salah. …
… Maka aku katakan padanya, ‘Maafkan aku.’ Tapi ia tak sudi memaafkanku.”
Abu Bakar ingin agar Rasul menjadi penengah dan berbicara dengan Umar, agar mau memaafkannya.
Namun apa yang disabdakan Nabi pada Abu Bakar?
Beliau bersabda, “Semoga Allah yang mengampunimu.”
Yakni, jika Umar tidak memaafkanmu, maka Allah yang akan memaafkanmu.
Beliau bersabda, “Duduklah!”
Abu Bakar lalu duduk.
Abu Darda’ sebagai periwayat hadits ini berkata, “Saat Umar pulang ke rumah, ia menyesal, mengapa ia tidak memaafkan sahabatnya, …
… maka Umar pergi ke rumah Abu Bakar untuk menyampaikan ‘Aku telah memaafkanmu,’ tapi Umar tidak mendapatinya. …
… Kemudian ia pergi, dan mendapati Abu Bakar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Abu Darda’ berkata, “Ketika Umar mendatangi Nabi dan Abu Bakar, …
… Nabi melihatnya, beliau segera berdiri menghampiri Umar dalam keadaan marah. …
… Sekarang Nabi marah kepada Umar. …
… Maka Abu Bakar bersimpuh dengan dua lututnya di depan Nabi, …
… karena Abu Bakar tahu kedudukannya di hati Nabi, dan dia tahu kemarahan Nabi pada Umar itu adalah demi dirinya. …
… Maka Abu Bakar bersimpuh dengan dua lututnya, dan berkata, ‘Ya Rasulullah, aku yang lebih salah.’”
Abu Darda’ mengisahkan, “Dan saat itu, Rasulullah tidak menoleh pada Abu Bakar, hingga beliau mendatangi Umar. …
Lalu beliau bersabda, ‘Apa ini ya Umar?! Allah mengutus aku pada kalian, tapi kalian katakan padaku ‘Kamu dusta!’ …
Namun Abu Bakar berkata, ‘Engkau benar!’
—Abu Bakar lelaki pertama yang masuk Islam—
Kalian katakan ‘Kamu dusta!’ Namun Abu Bakar mengatakan ‘Engkau benar!’
Lalu ia mendukungku dengan jiwa dan hartanya! Apakah kalian mau untuk tidak menyakiti sahabatku ini?!’”
Di sini timbul satu pertanyaan, bukankah Umar juga sahabat Nabi?
Bukankah Abu Darda’ juga sahabat beliau?
Bukankah Ali juga sahabat beliau?!
Mereka semua sahabat beliau, dulu Nabi juga memanggil mereka “Sahabatku! Sahabatku!”
Namun di sini seakan-akan beliau bersabda, “Ini adalah sahabat istimewaku!”
Sahabatku ini berbeda dengan kalian. Dia yang paling istimewa.
Dan memang kenyataannya demikian.
Saat Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman,
Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnah, hingga Aku mencintainya.
Maksudnya, bukan berarti Allah tidak mencintai hamba-Nya yang hanya mengamalkan amalan wajib.
Akan tetapi, Allah hendak menyampaikan bahwa hamba-Nya yang mengerjakan amalan sunnah mendapatkan kecintaan khusus.
Allah Tabaraka wa Ta’ala mencintaimu, jika kamu memenuhi ibadah wajibmu,
kemudian kamu mengamalkan amalan-amalan sunnah,
kamu mendekatkan diri kepada Allah dengan mengerjakan Shalat Malam, Shalat Rawatib, Shalat Dhuha, sedekah,
Shalat Sunnah, Haji Sunnah, umrah,
berzikir, membaca al-Quran, menyambung silaturahim, dan amalan sunnah lainnya (selain yang wajib).

***

حَصَل خِصَامٌ خَفِيفٌ يَسِيْرٌ بَيْنَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا
وَأَبُو بَكْرٍ الصِّدِّيقُ كَانَ فِي طَبْعِهِ حِدَّةٌ
وَهَذِهِ مِنْ أَشْيَاءَ فِطْرِيَّةٍ لِلْإِنْسَانِ حَادُّ الطَّبْعِ بِسُرْعَةٍ يَعْصِبُ
فَقَالَ عُمَرُ كَلِمَةً قَالَ أَبُو بَكْرٍ كَلِمَةً
فَزَادَ أَبُو بَكْرٍ قَلِيلًا وَنَدِمَ
فَقَالَ لِعُمَرَ اغْفِرْ لِي سَامِحْنِي عَلَى هَذِهِ الْكَلِمَةِ الَّتِي قُلْتُهَا
فَقَالَ عُمَرُ لَا أَغْفِرُ لَكَ لَا أَغْفِرُ لَكَ وَانْصَرَفَ
كَيْفَ تُكَلِّمُنِي بِهَذِه الْكَلِمَةِ؟ اللهُ أَعْلَمُ مَا الَّذِي قِيلَ لَكِنْ قَالَ لَهُ كَلِمَةً أَزْعَجَتْهُ
قَالَ اغْفِرْ لِي قَالَ لَا أَغْفِرُ لَكَ وَانْصَرَفَ عُمَرُ
فَلَمَّا انْصَرَفَ عُمَرُ أَبُو بَكْرٍ الْآنَ حَزِينٌ لِمَا وَقَعَ مِنْهُ
فَذَهَبَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَقَالَ لَهُ يَا رَسُولَ اللهِ قَدْ كَانَ بَيْنِي وَبَيْنَ عُمَرَ شَيْءٌ فَأَسْرَعْتُ إِلَيْهِ أَنَا الَّذِي غَلْطَانُ
فَقُلْتُ اغْفِرْ لِي فَلَمْ يَغْفِرْ لِي
هُوَ يُرِيْدُ الرَّسُولَ يَتَوَسَّطُ عِنْدَ عُمَرَ حَتَّى يُكَلِّمَهُ أَنْ يَغْفِرَ لِأَبِي بَكْرٍ
فَمَاذَا قَالَ النَّبِيُّ لِأَبِي بَكْرٍ؟
قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اللهُ يَغْفِرُ لَكَ
يَعْنِي إِذَا لَمْ يَغْفِرْ عُمَرُ يَغْفِرُ اللهُ لَكَ
قَالَ اجْلِسْ فَجَلَسَ أَبُو بَكْرٍ
يَقُولُ أَبُو الدَّرْدَاءِ رَاوِي الْحَدِيثِ يَقُولُ فَلَمَّا ذَهَبَ عُمَرُ إِلَى بَيْتِهِ نَدِمَ لِمَاذَا لَمْ يَغْفِرْ لِصَاحِبِهِ؟
فَذَهَبَ إِلَى بَيْتِ أَبِي بَكْرٍ لِيَقُولَ لَهُ قَدْ غَفَرْتُ لَكَ فَلَمْ يَجِدْهُ
فَانْطَلَقَ يَبْحَثُ عَنْهُ فَوَجَدَهُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَقُولُ أَبُو الدَّرْدَاءِ فَلَمَّا أَقْبَلَ عُمَرُ يَعْنِي إِلَى النَّبِيِّ وَأَبِي بَكْرٍ
وَرَآهُ النَّبِيُّ قَامَ إِلَيْهِ مُغْضَبًا
النَّبِيُّ الْآنَ غَضْبَانُ عَلَى عُمَرَ
فَجَثَا أَبُو بَكْرٍ عَلَى رُكْبَتَيْهِ
لِأَنَّ أَبَا بَكْرٍ يَعْرِفُ مَنْزِلَتَهُ مِنَ النَّبِيِّ وَعَلِمَ أَنَّ هَذَا الْغَضَبَ لِأَجْلِهِ عَلَى عُمَرَ
فَجَثَا عَلَى رُكْبَتَيْهِ وَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ أَنَا كُنْتُ أَظْلَمَ
يَقُولُ أَبُو الدَّرْدَاءِ وَرَسُولُ اللهِ لَا يَلْتَفِتُ إِلَيْهِ حَتَّى أَقْبَلَ عَلَى عُمَرَ
فَقَالَ مَا هِيَ يَا عُمَرُ؟ أَرْسَلَنِي اللهُ إِلَيْكُمْ فَقُلْتُم كَذَبْتَ
وَقَالَ أَبُو بَكْرٍ صَدَقْتَ
أَوَّلُ مَنْ أَسْلَمَ مِنَ الرِّجَالِ
قُلْتُمْ كَذَبْتَ هَذَا قَالَ صَدَقْتَ
وَوَاسَانِي بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَهَلْ أَنْتُمْ تَارِكُوْ لِي صَاحِبِي؟
هُنَا تَأْتِي الْمَسْأَلَةُ طَيِّبٌ عُمَرُ أَلَيْسَ بِصَاحِبٍ لَهُ؟
أَبُو الدَّرْدَاءِ لَيْسَ بِصَاحِبٍ لَهُ؟
عَلِيٌّ أَلَيْس بِصَاحِبٍ لَهُ؟
كُلُّ هَؤُلاَءِ أَصْحَابُهُ وَكَانَ يَقُولُ أَصْحَابِي أَصْحَابِي
وَلَكِنَّهُ هُنَا كَأَنَّهُ يَقُولُ هَذَا صَاحِبِي الْخَاصُّ
هَذَا صَاحِبِي يَخْتَلِفُ عَنْكُمْ هَذَا مِنْ خَاصَّةِ الْخَاصَّةِ
وَهُنَا الْأَمْرُ كَذَلِكَ
عِنْدَمَا يَقُولُ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
يَعْنِي أَنَّهُ لَا يُحِبُّ الْأَوَّلَ الَّذِي اكْتَفَى بِالْفَرَائِضِ
وَلَكِنَّهُ يُرِيدُ أَنْ يَقُولَ إِنَّ هَذَا لَهُ مَحَبَّةٌ خَاصَّةٌ هَذَا يَخْتَلِفُ
فَاللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يُحِبُّكَ إِذَا أَتْمَمْتَ الْفَرَائِضَ
ثُمَّ بَعْدَ ذَلِكَ تَنَاوَلْتَ النَّوَافِلَ
فَتَقَرَّبْتَ إِلَى اللهِ بِصَلَاةِ اللَّيْلِ بِالرَّوَاتِبِ بِالضُّحَى بِالصَّدَقَاتِ غَيْرِ الزَّكَاةِ
صِيَامِ النَّافِلَةِ حَجِّ النَّافِلَةِ الْعُمْرَةِ
الذِّكْرِ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ صِلَةِ الْأَرْحَامِ الزَّائِدِ لَيْسَ الْوَاجِبَ